Jumat 04 Jun 2021 15:32 WIB

Muatan Politis pada Pengadaan Alutsista Rp 1,7 Kuadratriliun

Anggaran sebesar itu berlebihan dan keluar dari skema minimum essential force (MEF).

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus Yulianto
Prajurit Marinir TNI AL berbaris jelang Inspeksi Kesiapan Pasukan dan alutsista yang digelar di Markas  Koarmatim, Surabaya, Jawa Timur. (Ilustrasi) (Republika/Aditya Pradana Putra)

Di sisi lain, Juru Bicara Menhan, Dahnil Anzar Simanjuntak, telah menyatakan pembiayaan belanja alat peralatan pertahanan dan keamanan (alpalhankam) masih dalam pembahasan dan bersumber dari pinjaman luar negeri. Dia memastikan, nilainya nanti tidak akan membebani APBN.

"Dalam arti, tidak akan mengurangi alokasi belanja lainnya dalam APBN yang menjadi prioritas pembangunan nasional," ungkap Dahnil dalan keterangan tertulis, Selasa (1/6).

Sebab, dia menjelaskan, pinjaman yang kemungkinan akan diberikan oleh beberapa negara ini diberikan dalam tenor yang panjang dan bunga sangat kecil. Selain itu, proses pembayarannya menggunakan alokasi anggaran Kemhan yang setiap tahun yang memang sudah dialokasikan di APBN.

"Dengan asumsi alokasi anggaran Kemhan di APBN konsisten sekitar 0,8 persen dari PDB selama 25 tahun ke depan," tutur dia.

Dia juga menjelaskan, Rancangan Peraturan Presiden (Raperpres) tentang Alpalhankam Kemhan dan TNI masih dalam proses pembahasan dan pengujian mendalam. Kemhan menyesali ada pihak yang membocorkan dokumen tersebut dan menyatakan akan mengusutnya.

"Kementerian Pertahanan akan bersikap tegas untuk mengusut siapa yang bertanggung jawab menyebarkan dokumen tersebut sehingga menjadi simpang siur di publik," ujar Dahnil.

Dia menyatakan, Raperpres adalah dokumen perencanaan yang masih dalam proses pembahasan dan pengujian mendalam. Raperpres tersebut bukan dan belum menjadi keputusan final. Dokumen perencanaan pertahanan tersebut adalah bagian dari rahasia negara dan dokumen internal dalam pembahasan yang masih berlangsung.

 

"Sehingga kami sesali ada pihak-pihak yang membocorkan dan menjadikan dokumen tersebut menjadi alat politik untuk mengembangkan kebencian politik dan gosip politik yang penuh dengan nuansa political jealousy (kecemburuan politik)," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement