Rabu 03 Jan 2024 17:17 WIB

Utang Alutsista Dikritik, TKN: Muhaimin tak Paham Geopolitik

Pengadaan alutsista dinilai perlu untuk persiapan hadapi potensi perang.

Rep: Febryan A/ Red: Teguh Firmansyah
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman
Foto: undefined
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Habiburokhman merespons cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar yang mengkritik kebijakan pemerintah berutang demi membeli alat utama sistem pertahanan (alutsista) saat tidak ada perang. Habiburokhman menilai Muhaimin tak paham geopolitik. 

"Itu menunjukkan ketidakpahaman Muhaimin soal geopolitik dan geostrategis," kata Habiburokhman kepada wartawan di Jakarta, Rabu (3/1/2024).

Baca Juga

Habiburokhman menjelaskan, pengadaan alutsista diperlukan untuk persiapan menghadapi potensi perang. Pengadaan alutsista harus dilakukan sebelum perang terjadi karena membelinya tidak mudah.

"Beli senjata itu enggak seperti beli Indomie ke Indomaret ... Ada duit belum tentu bisa beli," ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu.

Lebih lanjut, Habiburokhman mengatakan bahwa dulu mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla pernah menyebut tidak ada perang selama 20 hingga 30 tahun ke depan. Pernyataan itu terpatahkan usai pecah perang Rusia versus Ukraina, perang Hamas vs Israel, dan muncul ketegangan di Laut Cina Selatan.

Sebelumnya, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengaku heran dengan kebijakan pemerintah rela membuat utang baru senilai triliunan rupiah demi membeli alutsista, saat tidak ada perang. Padahal, kata dia, ada banyak kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi seperti alat pertanian.

"Kita enggak perang kenapa kebanyakan utang beli alat perang? Lebih baik utang untuk beli alat pertanian," saat bertemu dengan petani dalam di kawasan Sijalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (3/1/2024).

Sebagai catatan, isu alutsista mengemuka menjelang gelaran debat ketiga yang mempertemukan para capres pada Ahad (7/1/2024). Ajang adu gagasan itu mengangkat tema pertahanan, keamanan, geopolitik, dan hubungan internasional.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement