Selain memiliki peluang pasar, kata dia, tanaman hias juga cukup efisien secara modal juga luas lahan. Karena dengan luas shade house hanya 12 meter persegi. Serta, modal usaha kurang lebih Rp 50 juta, jika dihitung setiap bulan, bisa menghasilkan rata-rata sekitar angka Rp 16 juta untuk keuntungan petani milenial.
"Ini juga seperti yang dikatakan Pak Gubernur kalau bisa luas lahan seminimal mungkin. Contoh untuk tanaman hias dengan hanya luas 12 meter persegi atau dibulatkan saja menjadi 20 meter persegi, kalau punya luas lahan satu hektare, bisa menampung 500 orang petani milenial yang meminati tanaman hias," papar Dadan.
Untuk komoditas ubi jalar, kata dia, pihaknya merencanakan untuk penetrasi ada di Kecamatan Cikadu, Kabupaten Cianjur empat hektare, di Tasikmalaya dua hektare, di Majalengka dua hektare dan di Plumbon Cirebon dua hektare. Pertama lahan-lahan tersebut di atas, termasuk di Cikadu itu masih punya Pemda Provinsi Jabar di bawah kelola Dinas Tanaman Pangan Holtikultura.
"Di Cikadu itu kurang lebih ada 20 hektare, namun yang memiliki sumber air baru empat hektare untuk ubi jalar dan empat hektare sudah ditanami jagung oleh petani milenial juga. Nah, untuk di Cikadu per hektarenya akan dikelola oleh lima orang. Jadi per orang akan mengelola 2.000 meter lahan," paparnya.