Selasa 01 Jun 2021 07:55 WIB

Reisa Ingatkan Sasaran Vaksinasi Diperluas ke Pra-Lansia

Pralansia adalah kelompok paling rentan kedua setelah lansia dan perlu dilindungi.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Agus Yulianto
Anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro
Foto: ANTARA /Galih Pradipta
Anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengingatkan masyarakat bahwa sasaran vaksinasi Covid-19 diperluas ke kelompok pra-lanjut usia, yakni warga berusia 50 tahun ke atas. Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan yang menilai bahwa kelompok pralansia juga memiliki kerentanan tinggi tertular Covid-19. 

"Pralansia adalah kelompok paling rentan kedua setelah lansia dan perlu dilindungi," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro, Senin (31/5) petang.

Mekanisme 2:1 juga berlaku bagi kelompok pralansia ini. Maksudnya, setiap satu orang usia 18-49 tahun dapat menerima vaksinasi apabila membawa dua orang usia 50 tahun ke atas untuk diikutkan vaksinasi. 

"Hal ini dapat disesuaikan dengan kebijakan masing-masing daerah," kata Reisa. 

Reisa juga meminta, masyarakat agar tidak pilih-pilih merek vaksin Covid-19. Praktik pilih-pilih vaksin ini dikhawatirkan malah akan menunda target vaksinasi. Dia menyampaikan, ketiga merek vaksin yang sudah diterima Indonesia, yakni Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm, sama-sama aman dan berkhasiat. 

"Vaksin yang terbaik adalah vaksin yang tersedia. Tidak perlu memili-milih merek vaksin karena semuanya sudah diperiksa keamanan dan mutunya. dan sudah diizinkan pemakaian oleh BPOM," kata Reisa.

Kecenderungan untuk memilih-milih merek vaksin Covid-19 ini semakin muncul setelah adanya laporan temuan efek samping pascavaksinasi. Akibatnya, vaksinasi dengan vaksin merek AstraZeneca batch CTMAV547 pun sempat dihentikan sementara. Namun, perkembangan terbaru dirilis oleh BPOM bahwa seluruh laporan kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) yang masuk tidak berkaitan dengan vaksin. 

"Telah disimpulkan tidak ada keterkaitan antara mutu nomor batch tersebut dengan KIPI yang dilaporkan. Karenanya nomor batch tersebut dapat digunakan kembali pada program vaksinasi," kata Reisa. 

Pada Senin (31/5) kemarin, sebanyak 8 juta dosis bulk vaksin asal Sinovac kembali tiba di Indonesia. Sampai awal Juni ini, Indonesia telah menerima hampir 93 juta dosis vaksin dengan 81,5 juta dosis di antaranya masih berwujud bulk. Bio Farma terus menggenjot kapasitas produksinya hingga menyentuh 257,6 juta dosis per tahun. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement