Senin 24 May 2021 14:29 WIB

Prediksi Karier Politik Ganjar di PDIP yang di Ujung Tanduk

PDIP Jawa Tengah menilai Ganjar terlalu sibuk cari panggung jelang Pilpres 2024.

Gubernur Jawa Tengah yang juga politikus PDIP, Ganjar Pranowo.
Foto: istimewa
Gubernur Jawa Tengah yang juga politikus PDIP, Ganjar Pranowo.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Rizky Suryarandika, Febrianto Adi Saputro

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, enggan mengomentari polemik dirinya dengan sejumlah pimpinan PDI Perjuangan (PDIP) di tingkat DPP maupun di level DPD Jawa Tengah. Muncul dugaan alasan Ganjar tidak diundang karena faktor elektabilitasnya yang melebihi sosok-sosok lain di PDIP.

Baca Juga

"Heleh, koyok ngono ditakonke, aku ki wong Jawa kok yo," kata Ganjar di Semarang, Senin (24/5). Ucapan Ganjar bila diartikan, hal seperti itu mengapa ditanyakan, sebagai orang Jawa jika tidak diundang, dia tidak datang. Ia menyatakan itu saat ditanya tentang ketidakhadirannya dalam acara pengarahan oleh Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani, di Kantor DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah, Sabtu (22/5).

Ganjar juga ditanya mengenai pasukannya di media sosial. Ia mengatakan sudah aktif sejak lama di media sosial. "Saya kan bermedsos sudah cukup lama, sejak jadi anggota DPR," ujarnya.

Tidak diundangnya Ganjar memang dipandang unik. Direktur Indo Barometer, M Qodari, mengamati telah terjadi perang terbuka antara PDIP dan Ganjar Pranowo. Ia pun menyarankan agar Ganjar mulai melirik potensi maju ke Pilpres 2024 lewat partai lain.

Qodari menduga Ganjar Pranowo sudah diperingatkan PDIP untuk tak fokus pencitraan menjelang pilpres. Tapi, Ganjar malah kebablasan. Sikap Ganjar ini, menurut Qodari, dilawan habis-habisan oleh PDIP. Contohnya dengan tak mengundang Ganjar selaku gubernur Jateng ke kegiatan Ketua DPP PDIP Puan Maharani di Jateng.

"Semua kader PDIP Jateng diundang, kecuali Gubernur. Ini perang terbuka paling tidak Bambang Wuryanto (Ketua DPD PDIP Jateng) dengan Ganjar .... Ini bisik-bisik tetangga telah jadi bisik-bisik Republik. Yang sebelumnya rahasia umum jadi terbuka," kata Qodari dalam keterangan kepada wartawan, Senin (24/5).

Qodari menilai konflik internal PDIP ini akan berdampak buruk pada potensi Ganjar di Pilpres 2024. Walau dalam sejumlah survei, nama Ganjar muncul dengan elektabilitas cukup tinggi, ternyata tak membuat PDIP mengusungnya.

"Dengan konflik begini, peluang Ganjar habis. Maka, bisa pikirkan maju lewat parpol lain sebagai capres," ujar Qodari.

Qodari juga memandang opsi mengeluarkan Ganjar dari capres potensial PDIP sebenarnya bukan pilihan mudah. Menurutnya, opsi itu diambil partai berlambang banteng guna mempertahankan kekuatan kepartaian. "Ini bukan pilihan yang mudah juga, di PDIP itu saya lihat memang orientasinya atau titik tumpu kepada kepartaian, individu nomor 2," ucap Qodari.

Di sisi lain, Qodari mengungkapkan prediksinya soal opsi PDIP di Pilpres 2024 setelah "dikeluarkannya" Ganjar. "Kalau bicara capres yang konsisten di empat besar itu Jokowi, Prabowo, Anies, dan Ganjar kalau ada pertanyaan terbuka. Dengan kondisi ini, pilihannya bagi PDIP mungkin ya Mbak Puan sebagai wakilnya Pak Prabowo," kata Qodari menduga.

Sementara, Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS), Nyarwi Ahmad, menilai tidak diundangnya Ganjar menunjukkan bahwa dukungan politik internal di PDIP tampak masih belum aman. Bahkan, menurut dia, bukan tidak mungkin nasib Ganjar untuk dapat memaksimalkan karier politiknya melalui PDIP sudah di ujung tanduk.

"Meski memiliki tingkat elektabilitas yang cukup tinggi, Ganjar berpotensi kehilangan peluang untuk mendapatkan tiket dari PDIP agar bisa masuk dalam bursa Pilpres 2024 mendatang," kata Nyarwi dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id.

Berdasarkan survei yang dilakukan sejumlah lembaga survei, termasuk IPS, nama Ganjar makin populer selama beberapa bulan terakhir. Selain itu, tingkat elektabilitasnya juga cukup tinggi melampaui sejumlah figur publik dan para tokoh pimpinan partai, termasuk Puan Maharani sendiri.

Nyarwi menjelaskan, berdasarkan data survei IPS awal April 2021, untuk 30 nama capres, menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar sebesar 14,4 persen. Elektabilitas ini berada di urutan kedua setelah Prabowo (25,4 persen). Dalam bursa cawapres, untuk 30 nama, Ganjar juga berada di urutan nomor tiga, yaitu 8,3 persen, setelah Anies Baswedan (12,8 persen).

Tingkat elektabilitas ini juga tidak banyak mengalami perubahan untuk survei dengan 18 dan 10 nama capres dan cawapres. "Kendati demikian, potensi elektabilitas Ganjar ini tidak akan bermakna jika Ganjar gagal mendapatkan dukungan internal dari pimpinan PDIP," ungkapnya.

Nyarwi memandang dinamika di internal PDIP terkait dengan bursa capres/cawapres dalam Pilpres 2024 mendatang kian hangat dan memanas. DPP PDIP juga tampak makin terbuka untuk mengingatkan para kadernya, khususnya yang menjadi figur publik populer dan memiliki potensi elektabilitas tinggi agar tidak ‘offside’.

"Kritik yang disampaikan oleh Bambang Wuryanto ke Ganjar Pranowo mengindikasikan hal tersebut," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement