REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses pengevakuasian Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Nanggala-402 akan tetap dilakukan pada Hari Raya Idul Fitri. Kapal yang membawa prajurit yang akan melaksanakan sholat Ied akan berlabuh ke pelabuhan terdekat sembaei mengisi logistik yang diperlukan.
"Sebagian akan sholat Ied di pelabuhan, sambil isi logistik, sebagian masih di laut," ungkap Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama Julius Widjojono, kepada Republika, Rabu (12/5).
Julius menerangkan, kapal akan berlabuh di pelabuhan terdekat dari lokasi pencarian. Setelah sholat Ied dan pengisian logistik selesai, para prajurit dan kapal tersebut akan kembali melaut melanjutkan pencarian KRI Nanggala-402."Selesai sholat dan isi logistik melaut kembali," kata Julius.
Proses pengevakuasian KRI Nanggala-402 memang masih terus dilaksanakan. Kabar terakhir menyebutkan kapal-kapal bantuan dari China telah berhasil mengamb gambar video kondisi nanggala dengan lebih jelas."(Kapal bantuan) sudah mengambil foto dan mengambil serpihan-serpihan kapal," ujar Julius.
Dia juga menjelaskan, kapal-kapal bantuan dari China sudah mengambil gambar video yang menunjukkan kondisi KRI Nanggala-402 lebih jelas. Citra kapal yang berada di dasar laut itu kemudian digunakan oleh tim untuk mengalkulasi metode pengangkatan.
"Dari tim dikalkulasikan teknik metode apa yang akan dipakai, mengingat kedalamannya dan menggunakan robot tidak seluwes kalau pakai manusia (dalam pengevakuasian)," jelas Julius.
Dia menjelaskan, ada banyak faktor yang menjadi kendala dan keterbatasan dalam melakukan kajian akan hal tersebut. Namun, Julius memastikan, hingga saat ini belum ada rencana pembatalan evakuasi KRI yang tenggelam saat hendak melakukan latihan di Laut Bali tersebut. "Banyak faktor yang menjadikan kendala dan keterbetasan untuk jadi bahan kajian," kata dia.
Sebelumnya, Asisten Perencanaan dan Anggaran Kepala Staf Angkatan Laut (Asrena KSAL), Laksda Muhammad Ali, mengungkapkan, proses pengangkatan kapal perang Republik Indonesia (KRI) Nanggala-402 agak sulit untuk dilakukan. Karena itu, dia menyatakan proses evakuasi tidak dapat ditentukan batas waktunya.
"Untuk mengangkat memang agak susah mungkin, karena untuk menempelkan pengait (kapal) dengan barang yang akan diangkat itu butuh tangan," ujar Ali di Rumah Sakit TNI AL dr Mintohardjo, Jakarta Pusat, Selasa (4/5).
Menurut Ali, tangan yang dimaksud bisa tangan penyelam atau tangan robot bawah laut. Namun, untuk penyelam memerlukan pakaian khusus yang dapat mencapai kedalaman 838 meter di bawah laut, lokasi KRI Nanggala-402 berada.
"Kalau penyelam dia harus pakai baju khusus yang bisa sampai kedalaman segitu. Nah ini agak sulit, mungkin akan dibantu robot untuk pasang itu (pengait)," jelas Ali.
Ali menerangkan, kapal yang memiliki pengait itu merupakan kapal milik SKK Migas. Kapal tersebut memang biasa beroperasi untuk memasang pipa-pipa bawah laut. Pengait tersebut, kata dia, dapat mengangkut barang yang cukup berat dari bawah laut.
Selain kapal milik SKK Migas, ada juga tiga kapal milik AL China yang akan membantu proses pengevakuasian KRI Nanggala-402. Kapal-kapal itu, yakni PRC Navy Ship Ocean Tug Nantuo-195, PRC Navy Ocean Salvage & Rescue Yong Xing Dao-863, dan Scientific Salvage Tan Suo II. Kapal terakhir dikabarkan masih dalam perjalanan.
Spesifikasi kapal-kapal salvage tersebut, yakni Ocean Salvage and Rescue Yongxingdao-863 memiliki panjang 156 meter, lebar 21 meter dan tinggi 7,5 meter. Kapal ini memiliki robot, sonar, side scane sereta boat rescue. Sementara itu, Ocean Tug Nantuo-185 memiliki panjang 119 meter, lebar 16 meter dan tinggi 6,5 meter.
Sedangkan Scientific Salvage Tan Suo II memiliki panjang 87,2 meter, lebar 18 meter dan tinggi 7 meter. Kapal-kapal salvage AL China ini memiliki kemampuan untuk melaksanakan evakuasi sampai kedalaman 4500 meter."Jadi ada tiga kapal China kemudian ada satu kapal dari SKK Migas itu siap akan berupaya terus menerus untuk mencoba mengevakuasi KRI Nanggala yang telah ditemukan posisinya di dasar laut Bali," kata dia.