Rabu 12 May 2021 17:02 WIB

Vaksin Sinovac 94 persen Efektif Cegah Covid-19 pada Nakes

Vaksinasi lengkap disarankan karena vaksinasi dosis pertama belum cukup melindungi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Andri Saubani
Vaksinator menyiapkan vaksin COVID-19 Sinovac dosis kedua sebelum disuntikan ke tenaga kesehatan saat Gebyar Vaksin COVID-19 di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/2/2021). Kegiatan tersebut merupakan program percepatan vaksinasi nasional untuk tiga ribu tenaga kesehatan di Bandung.  *** Local Caption ***
Foto: ANTARA/M Agung Rajasa
Vaksinator menyiapkan vaksin COVID-19 Sinovac dosis kedua sebelum disuntikan ke tenaga kesehatan saat Gebyar Vaksin COVID-19 di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/2/2021). Kegiatan tersebut merupakan program percepatan vaksinasi nasional untuk tiga ribu tenaga kesehatan di Bandung. *** Local Caption ***

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan, bahwa vaksin Sinovac efektif mencegah infeksi Covid-19 bergejala hingga 94 persen. Hal ini berdasarkan studi yang diakukan kepada tenaga kesehatan (nakes) di DKI Jakarta.

Studi Badan Litbang Kesehatan ini dilakukan dengan menggunakan kohor restrospektif menggunakan data sekunder vaksinasi, PCR, dan data perawatan RS selama periode 13 Januari -18 Maret 2021 pada nakes di DKI Jakarta. Subjek yang diamati berjumlah 128.290 orang berusia di atas 18 tahun dan tidak memiliki riwayat Covid-19. Sekitar 60 persen dari subjek adalah perempuan yang berusia di atas 30 tahun.

"Studi ini menelusuri riwayat setiap individu apakah mereka punya riwayat sakit Covid-19 berdasarkan PCR, perawatan karena Covid-19, dan membandingkan seberapa jauh efektivitas pemberian vaksin dibandingkan kelompok yang tidak divaksin," ujar Pandji Dhewantara, Peneliti Badan Litbang Kesehatan dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan, Rabu (12/5).

Berdasarkan hasil studi tersebut, vaksin dosis lengkap dapat melindungi hingga 94 persen Covid-19 bergejala pada hari ke-28 hingga 63 setelah dosis kedua. Vaksin juga efektif mencegah 96 persen perawatan karena Covid-19 pada hari ke 28 setelah dosis kedua, dan 98 persen efektif mencegah kematian pada hari ke 28 hingga 63 setelah dosis kedua. Hanya ada 1 kematian akibat Covid-19 setelah dosis lengkap.

"Jadi vaksinasi lengkap disarankan karena vaksinasi dosis pertama belum cukup melindungi. Dosis 1 hanya efektif menurunkan risiko Covid-19 bergejala yakni 13 persen." jelas Pandji.

Juru bicara Kementerian Kesehatan untuk Vaksinasi Covid-19 dr. Siti Nadia Wiweko menambahkan, bahwa hasil studi ini berbeda dengan pengukuran antibodi. Hal ini karena pemberian antibodi pascavaksinasi belum menjadi rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), juga belum ada kesepakatan cut off point berapa angka antibodi yang memberikan proteksi.

"Dari kajian cepat ini sudah membuktikan bahwa kita tidak perlu periksa antibodi karena melalui data yang ada pada tenaga kesehatan yang divaksinasi, efek proteksinya bisa terlihat," kata Nadia.

Menurut Nadia, ini sudah membuktikan bahwa pemeriksaaan antibodi tidak menunjukan bahwa level proteksi itu rendah atau tinggi. Justru dengan hasil kajian ini yang dilakukan kepada tenaga kesehatan sebagai kelompok paling rentan, telah terlihat efek proteksi dari vaksin yang diberikan.

"Vaksin Sinovac ini yang efikasinya 65 persen, ternyata kejadian di lapangan efektivitasnya memberikan perlindungan 94 persen, jadi hanya sekitar 6 persen yang sakit," kata Nadia.

Selain melakukan studi pada tenaga kesehatan, Badan Litbang Kesehatan saat ini juga tengah melakukan studi efektivitas vaksin Covid-19 terhadap masyrarakat umum, baik dengan vaksin Sinovac maupun AstraZeneca.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement