Ahad 02 May 2021 02:43 WIB

54 Orang Ditemukan Positif dari Klaster Pengajian Cianjur

Ibu-ibu kelompok pengajian Cianjur diduga terpapar saat makan-makan sebelum puasa.

Ilustrasi Covid-19, Satgas Covid-19 Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menemukan klaster baru dari kelompok pengajian di Desa Sukajadi.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19, Satgas Covid-19 Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menemukan klaster baru dari kelompok pengajian di Desa Sukajadi.

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Satgas Covid-19 Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menemukan klaster baru dari kelompok pengajian di Desa Sukajadi. Sebanyak 54 warga terkonfirmasi positif Covid-19 setelah dilakukan tes cepat antigen, sebagian besar dari mereka diketahui rutin mengikuti pengajian.

Juru Bicara Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Cianjur, dr Yusman Faisal, Sabtu (1/5) mengatakan penemuan klaster pengajian tersebut, berawal ketika seorang warga mengeluhkan kehilangan penciuman dan gejala yang mengarah ke corona. Ia lalu memeriksakan diri ke puskesmas setempat.

Baca Juga

"Setelah dilakukan tes cepat antigen, warga tersebut dinyatakan positif Covid-19 dan segera dilakukan penelusuran karena informasi dari yang bersangkutan masih bayak anggota pengajian yang mengeluhkan hal yang sama," katanya. Tim Gugus Tugas Kecamatan Cibinong langsung melakukan penelusuran dan menemukan 49 orang warga di satu kampung di Desa Sukajadi, positif Covid-19 setelah dilakukan tes cepat antigen serta lima orang lainnya di kampung sebelahnya yang diketahui rutin mengikuti pengajian.

Total warga yang terpapar sebanyak 54 orang. Mereka langsung melakukan isolasi mandiri di bawah pengawasan gugus tugas dan Satgas Covid-19 Cianjur, sedangkan penelusuran tetap dilakukan dari mana awalnya pasien yang sebagian besar ibu rumah itu tertular pertama kali.

"Ini merupakan kelompok pengajian rutin ibu-ibu yang kerap digelar di desa tersebut. Kami masih menelusuri dan mendalami siapa yang pertama kali terpapar, nanti akan ditemukan dari riwayat perjalanan dan lain-lain," kata Yusman.

Pihaknya menduga penularan terjadi saat libur panjang dan saat warga menjalankan tradisi papajar atau tradisi jalan-jalan dan makan di tempat wisata sebelum masuknya bulan puasa. Hal tersebut masih akan ditelusuri.

"Kami akan terus pantau kondisi kesehatan warga yang saat ini masih menjalani isolasi mandiri di rumahnya masing-masing di bawah pengawasan gugus tugas kecamatan dan tenaga kesehatan setempat," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement