Ahad 25 Apr 2021 17:19 WIB

TB Hasanuddin Duga Retrofit KRI Nanggala-402 Gagal

Retrofit adalah penguatan struktur, penambahan komponen, peningkatan kemampuan.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Ratna Puspita
Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin menjelaskan, KRI Nanggala-402 diretrofit di Korea Selatan pada 2012. Namun, ia menduga adanya kegagalan dari proses tersebut yang membuat KRI Nanggala-402 tenggelam di perairan Bali.

Hasanuddin menjelaskan retrofit adalah kegiatan penguatan struktur, penambahan komponen, hingga peningkatan kemampuan. "Saya menduga pada hasil perbaikan ini ada hal-hal atau konstruksi yang tidak tepat sehingga KRI Nanggala 402 tenggelam. Ini sangat disayangkan," ujar Hasanuddin lewat keterangan tertulisnya, Ahad (25/5).

Baca Juga

Retrofit KRI Nanggala-402, Hasanuddin mengatakan, menghabiskan biaya sekira 75 juta dollar Amerika Serikat atau sekira Rp1,05 Triliun. Biaya tersebut digunakan untuk melakukan perbaikan penuh dan pemutakhiran teknologi.

"Retrofit itu bukan sekadar mengganti suku cadang, tapi diperkirakan juga ada perubahan konstruksi dari kapal selam tersebut terutama pada sistem senjata torpedonya," ujar Hasanuddin.

Pada tahun yang sama, KRI Nanggala-402 melakukan uji penembakan torpedo, tetapi proses tersebut gagal lantaran karena sistem penutupnya bermasalah. Dalam peristiwa itu, tiga prajurit disebutnya gugur.

Setelah peristiwa tersebut, KRI Nanggala-402 kembali diperbaiki oleh tim dari Korea Selatan. Namun, ia meminta, agar kapal selam serupa, yaitu KRI Cakra 401 sebaiknya di-grounded.

"Jangan ada lagi korban prajurit," tegasnya.

Di samping itu, ia menyoroti jumlah kru KRI Nanggala-402 yang melebihi kapasitas. Menurutnya, jumlah maksimal kru kapal selam tersebut seharusnya hanya 38 orang.

"Artinya kelebihan beban 15 orang, ada apa kok dipaksakan? Saya juga mendapat informasi bahwa saat menyelam KRI Nanggala-402 diduga tak membawa oxygen gel, tapi tetap diperintah untuk berlayar," ujar Hasanuddin.

Melihat perkembangannya saat ini, Hasanuddin mengungkapkan rasa prihatin yang mendalam atas tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402. "Kami mengucapkan rasa prihatin dan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas tenggelamnya KRI Nanggala 402 yang menyebabkan gugurnya 53 orang syuhada TNI," ujarnya.

Pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 telah dinaikkan fasenya, dari fase submiss (hilang) menuju fase subsunk (tenggelam)."Saya atas nama Panglima TNI menyampaikan rasa prihatin yang mendalam. Kita bersama-sama mendoakan supaya pencarian ini terus bisa dilaksanakan dan bisa mendapatkan bukti-bukti kuat," ujar Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto saat konferensi pers di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Sabtu (24/4).

Ia menjelaskan, operasi Search and Rescue (SAR) di perairan Bali telah memasuki hari keempat sejak dinyatakan hilang pada hari Rabu (21/4). Sejak awal, seluruh komponen yang dikerahkan telah bekerja semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan KRI Nanggala-402 yang membawa 53 personel terbaik TNI AL.

"TNI Angkatan Laut bersama Polri, Basarnas, KNKT, serta negara sahabat telah berupaya semaksimal mungkin mencari keberadaan KRI Nanggala-402," ujar Hadi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement