Selasa 20 Apr 2021 17:29 WIB

Terdampak Kebakaran Balongan, Wanita Hamil Alami Pendarahan

Bidan desa memintanya untuk periksa ke RS menggunakan fasilitas KIS.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Mutia (21), seorang warga terdampak kebakaran Pertamina Balongan Indramayu, yang tengah hamil dan hingga kini terus mengalami pendarahan sejak peristiwa kebakaran itu terjadi. Warga RT 04 RW 02, Blok Balongan 2, Desa/Kecamatan Balongan itu berharap ada perhatian dari Pertamina untuk memberinya penanganan medis
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani)
Mutia (21), seorang warga terdampak kebakaran Pertamina Balongan Indramayu, yang tengah hamil dan hingga kini terus mengalami pendarahan sejak peristiwa kebakaran itu terjadi. Warga RT 04 RW 02, Blok Balongan 2, Desa/Kecamatan Balongan itu berharap ada perhatian dari Pertamina untuk memberinya penanganan medis

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Peristiwa ledakan dan kebakaran tangki di Kilang Pertamina RU VI Balongan, Kabupaten Indramayu, masih menyisakan derita bagi warga terdampak. Salah satunya yang dialami wanita hamil bernama Mutia (21 tahun), yang hingga kini terus mengalami pendarahan.

Warga RT 04 RW 02, Blok Balongan 2, Desa/Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu itu kini sedang hamil tiga bulan. Sebelum peristiwa ledakan dan kebakaran terjadi, kehamilannya tidak mengalami masalah apapun.

"Saat ledakan itu terjadi, saya lagi tidur dan tubuh saya sampai terangkat dari tempat tidur saking kerasnya ledakan. Saya kira tadinya ada gempa," ujar Mutia, saat ditemui di rumahnya, Selasa (20/4).

Mutia merasa sangat terkejut dan segera bergegas keluar rumah bersama suaminya, Jaelani (25), dan anak pertamanya, Mega Meilani (3). Dia semakin terkejut dan syok melihat kobaran api yang membumbung tinggi hingga membuat langit menjadi terang berwarna kemerahan.

Mutia secara spontan langsung berlari menyelamatkan diri bersama keluarga dan tetangganya menuju tempat yang aman. Dia merasa sangat panik dan ketakutan. Dia kemudian mengungsi ke rumah mertuanya.

Keesokan paginya, Mutia mengalami pendarahan. Namun, dia tidak sempat memeriksakan diri mengingat situasi saat itu masih belum kondusif.

Selang dua hari kemudian, Mutia mendapat informasi adanya pengobatan gratis di balai desa setempat. Dengan diantar suaminya, dia pergi ke sana dan berharap mendapat penanganan medis.

Ternyata, Mutia mendapat penolakan dari petugas medis di sana karena keluhan yang dialaminya bukanlah sesak nafas ataupun batuk pilek. Dia diminta oleh petugas tersebut untuk periksa ke dokter kandungan.

"Kata petugasnya, itu mah risiko sendiri. Dia juga ngomong sambil matanya terus melihat HP," keluh Mutia.

Mutia akhirnya memutuskan untuk periksa ke salah seorang bidan di Desa Singaraja. Dari hasil pemeriksaan itu, bayinya dinyatakan masih hidup namun kondisinya lemah. Bidan kemudian memberinya obat.

Mutia pun harus mengeluarkan uang sekitar Rp 500 ribu untuk membeli obat tersebut. Obat itu diminumnya sehari dua kali, dengan harga Rp 15 ribu per obat. Dengan demikian, dia menghabiskan biaya Rp 30 ribu per hari untuk obat tersebut.

"Kalau obatnya tidak diminum, perut saya langsung terasa kram dan sakit sekali. Darah pun akan kembali keluar," tutur Mutia.

Untuk memperoleh obat itu, Mutia harus berutang pada kerabatnya. Suaminya hanya bekerja sebagai buruh serabutan dan sedang tidak mendapat pekerjaan. Sudah seminggu ini, obatnya telah habis.

"Saya tidak punya uang untuk beli obat laginya. Mau ngutang lagi, rasanya malu,’’ cetus Mutia.

Akibatnya, Mutia setiap hari terus mengalami pendarahan. Dia pun tidak bisa beraktivitas apapun.

Mutia mengakui, beberapa waktu yang lalu pihak Pertamina pernah ada yang menengoknya dan mendatangkan petugas kesehatan. Saat itu (dikesempatan lain), petugas kesehatan yang datang adalah bidan desa, yang memintanya periksa ke rumah sakit dengan menggunakan fasilitas kartu KIS.

"Tapi, untuk pakai KIS kan harus diurus-urus dulu. Sedangkan kondisi saya seperti ini, tidak kuat pergi kemana-mana," kata Mutia.

Mutia pun kini hanya bisa pasrah menahan rasa sakitnya. Dia berharap ada perhatian dari Pertamina untuk memberikan pengobatan padanya.

Seperti diketahui, ledakan dan kebakaran tangki di kilang Pertamina RU VI Balongan Indramayu terjadi pada Senin (29/3) pukul 00.45 WIB. Peristiwa itu diperkirakan menyebabkan 2.841 warga terdampak, dan 890 orang di antaranya mengungsi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement