REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI Firman Noor mengatakan, Kongres Luar Biasa Partai Demokrat kubu Moeldoko di Deli Serdang beberapa waktu lalu justru turut menguatkan elektabilitas Agus Harimurti Yudhoyono. Survei Indonesia Political Opinion (IPO) menunjukkan elektabilitas ketua umum Partai Demokrat itu mencapai 7,1 persen.
Menurut dia, angka itu akan berbeda jika AHY tidak menghadapi gelombang KLB dan perseteruan di partai Demokrat. “Mungkin (elektabilitasnya) bisa di bawah popularitas dia sekarang,” kata Firman kepada Republika, Ahad (11/4).
Dia mengatakan, perhatian publik juga menunjukkan simpati kepada kubu AHY dan mencaci kubu Moeldoko. “Saya kira memang kontroversi itu bisa untuk meningkatkan pengetahuan orang tentang AHY,” ujar dia.
Kendati demikian, ia mengatakan, AHY masih akan mengalami kesulitan untuk mencalonkan diri sebagai orang nomor 1 di Indonesia pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Firman pun membandingkan elektabilitas AHY saat ini dengan elektabilitas Susilo Bambang Yudhoyono ketika survei pada pemilu terakhir.
Angka popularitas SBY ketika itu berkisar 10 persen alias masih di atas angka yang didapatkan AHY kini. Karena itu, Firman mempertanyakan popularitas AHY untuk kontestasi pada 2024.
“Kelihatannya AHY akan di bawah 10 persen. Nilai itu tentu saja tidak cukup untuk menjadi presiden,” kata dia.
Menurut dia, AHY masih harus mengerahkan kerja yang sangat besar jika berkehendak ikut dalam ajang tersebut. “Khususnya, dalam mengalahkan tokoh di atas AHY atau yang lebih populer dibanding dia,” ucap Firman.
Kendati demikian, Firman tetap mengapresiasi kinerja AHY menghadapi permasalahan internal di Demokrat. Namun, meski urusan internal partai sudah selesai, ia berharap, pengalaman itu dapat menjadi pembelajaran agar AHY bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan.
“Dia harus sadar, jangan sampai dia merasa segalanya sudah ok, padahal tidak,” katanya.