REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menegaskan, untuk mencegah penyebaran ajaran radikalisasi yang mengarah ke tindakan terorisme, harus segera difungsikan Posko Komando Taktis (Poskotis) sebagai salah satunya upaya antisipasi memutus gerakan teroris. Poskotis akan dibangun di setiap provinsi.
"Kita akan bikin Poskotis, Posko Komando Taktis gabungan TNI dan Polri. Hampir setiap provinsi ada, empat sampai enam (Poskotis)," tegas Panglima usai meninjau pelaksanaan ibadah Jumat Agung di Gereja Katedral, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (2/4).
Hadi menjelaskan, TNI tentunya turut membantu Polri dalam hal pengamanan. Terutamanya di Makassar dan Jakarta usai aksi teror yang dilancarkan tiga orang pelaku, termasuk penguatan intelejen dalam pengumpulan informasi pergerakan terorisme.
"Untuk pasukan pengamanan dari TNI ada 1.001 personel. Kemudian Polri 1.900 personel, tidak hanya di Makassar, seperti kemarin di Jakarta juga ada lima ribu sekian. Kemudian di wilayah lain juga seperti itu. Sesuai dengan titik-titik yang kita perkuat," sebut orang nomor satu di Institusi TNI tersebut.
Saat ditanyakan, sampai kapan pengamanan tersebut dilakukan, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara ini mengemukakan, khusus pengamanan rangkaian ibadah Paskah hingga pada puncaknya, Ahad (4/4). Namun, setelah itu tetap dilaksanakan upaya pencegahan.
"Kita juga tetap melaksanakan cegah dini dan deteksi dini, kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerawanan," papar alumnus Akademi Angkatan Udara dan Sekolah Penerbang ini.
Pria kelahiran Malang, 8 November 1963 itu menambahkan, TNI akan terus mendukung kepolisian, untuk melakukan perbantuan keamanan maupun perbantuan informasi intelejen termasuk mitigasi tindakan teroris. "Selain gereja, kita juga menjaga di tempat keramaian, dimana banyak lalulintas masyarakat, serta objek vital nasional. Kita bekerja sama dengan kepolisian untuk, menjaga tempat tersebut," tambah Marsekal Hadi.
Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri, Irjen Polisi Paulus Waterpauw pada kesempatan itu, mengemukakan, untuk upaya pencegahan telah dilakukan langkah-langkah taktis, mengingat para pelaku teror berusia muda tersebut kemungkinan memiliki pemikiran dan pemahaman berbeda. Pihaknya berharap, peran serta masyarakat ikut berpartisipasi dalam pemberantasan terorisme, tidak hanya dari pihak kepolisian, TNI maupun pihak keamanan lain, tapi semua pihak berperan agar tidak terjadi kejadian serupa.