REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak keluarga ZA (25) sempat hendak membuat laporan ke polisi sebelum terjadinya kasus penyerangan Mabes Polri pada Rabu (31/3) kemarin. Namun, belum sempat hal itu dilakukan, pihak keluarga telah menerima kabar bahwa ZA tewas ditembak.
"Berdasarkan pengakuan keluarga, katanya sih tadinya sudah mau lapor ke kepolisian dari pagi jam 9 pagi sampai Maghrib belum pulang-pulang," kata Kasdi, ketua RT 03 RW 10, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, Kamis (1/4).
Tiuria, salah satu tetangga ZA, juga mengatakan hal serupa. Tiuria berkata demikian usai terlihat berbicara dengan bapak ZA yang baru pulang dari mushala. "Itu (keluarga buat laporan) kalau dia (ZA) enggak pulang setelah 24 jam, baru dia lapor polisi," kata Tiuria kepada wartawan.
Kasdi melanjutkan, ZA memang pamit baik-baik kepada keluarganya pagi itu. Namun, ZA tak menyampaikan tujuannya bepergian pagi itu. "Jam setengah 9 keluar katanya 'mah saya mau keluar sebentar', tapi sampai seharian sampai Maghrib sampai meninggal itu nggak ada kabar," kata Kasdi.
Kasdi menambahkan, tidak diketahui juga Zakiah pamit kemudian pergi keluar rumah bersama dengan siapa, termasuk kendaraan yang digunakannya.
Belum sampai 24 jam sejak ZA pamit, pihak keluarga mendapat kabar bahwa anak bungsunya itu meninggal dunia. Aparat kepolisian menembak mati ZA karena menyerang Mabes Polri menggunakan senjata api pada Rabu (31/3) pukul 16.30 WIB.
Baca juga: Surat Wasiat Wanita yang Serang Mabes Polri Sebut Nama Ahok
"Ya (keluarga) kaget lah pasti pas mendengar kabar. Apalagi, ketika polisi datang ke sini," ujar Kasdi.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, ZA adalah lone wolf atau pelaku teror yang bergerak sendiri. "Dari hasil profilling terhadap yang bersangkutan, maka yang bersangkutan adalah pelaku lone wolf berideologi radikal ISIS yang dibuktikan dengan posting-an yang bersangkutan di media sosial," kata Listyo, kemarin.