Selain itu, sambung dia, kegiatan ekstrakulikuler dan olahraga tidak diperbolehkan selama masa uji coba. Kantin serta perpustakaan juga tidak diizinkan beroperasi.
Nahdiana menambahkan, pihaknya telah memberikan pelatihan mengenai pembelajaran campuran atau blended learning kepada para guru yang terlibat selama masa uji coba itu. Sehingga ketika sudah mulai pembelajaran, guru juga masih melayani pembelajaran secara virtual.
"Gurunya juga di piloting terbatas ini sudah mengikuti pelatihan yang kami berikan tentang blended learning. Jadi karena ada satu anak belajar di sekolah, satu lagi misalnya belajar di rumah," ujar dia.
"Karena ketika anak ini kalau memang orang tuanya tidak mengizinkan (ke sekolah), anak ini tetap di rumah, maka kami tetap melayani. Jadi gurunya nanti ada melayani tatap muka dan learning virtual," kata dia.
Dikonfirmasi terpisah, Kabid Sekolah Dasar (SD) Dinas Pendidikan DKI Jakarta Momon Sulaeman menuturkan, terdapat 100 sekolah yang rencananya akan melakukan pembelajaran tatap muka dalam uji coba terbatas. Namun, menurut dia, ratusan sekolah itu tidak bisa langsung menggelar kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Sebab, ada serangkaian tahapan yang harus dilalui, termasuk proses asesmen.
"Selama ini calonnya ada 100 (sekolah), tapi dalam perkembangannya masih ada beberapa yang harus dilalui, seperti pelatihan, kemudian kesiapan-kesiapan di sekolahnya. Bisa saja pada kenyataannya kurang dari 100," tuturnya.
Momon mengatakan, jenjang pendidikan yang akan mengikuti uji coba terbatas tersebut terdiri dari SD, SMP, SMA, SMK, dan Madrasah. Dia menambahkan, seluruh sekolah itu tersebar di seluruh wilayah Ibu Kota. "(Sekolah) negeri ada, swasta ada," ucap Momon.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
