REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menegaskan kekuatan udara menjadi penentu kemenangan dalam hampir setiap konflik/perang modern di dunia. Panglima TNI menyampaikan itu saat menjadi pembicara dalam "Seminar Internasional Air Power 2021" yang ditayangkan Airmen TV di YouTube, Rabu.
"Apabila kita melihat kembali sejarah peperangan modern, kita akan melihat bahwa kekuatan udara menjadi 'game changer' di medan pertempuran," katanya.
Menurut dia, Perang Dunia II menjadi catatan sejarah yang paling lengkap bagi kebangkitan kekuatan udara sebagai senjata mematikan baru dalam pertempuran."Kita masih ingat bagaimana armada pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbour dilumpuhkan oleh skuadron pesawat tempur Jepang yang diluncurkan dari kapal induk," tutur mantan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) ini.
Sejarah juga mencatat bagaimana battleship kerajaan Inggris, HMS Prince of Wales dan HMS Repulse tidak berdaya menghadapi serangan udara pesawat tempur Jepang di Laut China Selatan pada 1941."Nilai strategis kekuatan udara mencapai puncaknya ketika pesawat pengebom B29 Superfortres menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, dan mengakhiri perang Pasifik," papar Marsekal Hadi.
Penentu kekuatan udara juga terlihat dalam operasi badai gurun koalisi pimpinan AS di Irak ditentukan oleh kemampuan pesawat siluman F-117 Nighthawk.Pesawat F-177 Nighthawk mampu terbang rendah dan menghancurkan instalasi listrik serta "Operasi tersebut terbukti berhasil menarik mundur pasukan Irak dari Kuwait," ujarnya.
Baca juga : Panglima: Kemenangan Azerbaijan Lawan Armenia Berkat Drone
Kemudian yang baru saja terjadi, jelas Panglima, semua juga melihat di media, konflik antara Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh yang patut kita jadikan pembelajaran. Kemenangan Azerbaijan atas Armenia telah membuka mata dunia terhadap kekuatan udara baru yang efisien dan mematikan yaitu pesawat tempur nirawak atau 'Unmanned Combat Aerial Vehicle' (UCAV).
Saat ini, lanjut Marsekal Hadi, kemampuan UCAV tidak hanya digunakan dalam misi penyerangan taktis, tetapi menjadi drone taktis dan strategis untuk menjadi mata di udara.Oleh karena itu, mantan Irjen Kementerian Pertahanan ini mengharapkan TNI AU terus mencermati teknologi pesawat tempur nirawak atau UCAV sebagai alutsista modern.