REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jajaran Polda Metro Jaya dan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri melakukan penggeledahan dan pengamanan terduga teroris di Cikarang, Kabupaten Bekasi dan Kramatjati, Jakarta Timur. Dalam penggeledahan tersebut, selain menemukan barang bukti bahan peledak, bom aktif, senjata tajam, polisi juga mendapatkan atribut Front Pembela Islam (FPI).
Namun, Kapolda Metro Jaya, Fadil Imran tidak membeberkan secara perinci terkait penemuan atribut salah satu organisasi kemasyarakatan (ormas) yang telah dibubarkan oleh pemerintah itu. Menurutnya, penemuan atribut tersebut akan didalami Densus 88 Antiteror, juga kaitan antara FPI dan terduga teroris yang sudah diamankan pihaknya.
"Termasuk itu (atribut FPI), jika ada keterkaitan itu kan sebagai temuan awal akan didalami Densus 88. Nanti perkembangannya Pak Yusri dan tentunya Divhumas dan Densus 88 akan memberikan penjelasan terkait dengan perkembangan hasil penyididikan," ujar Fadil saat konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (29/3).
Selain itu, Fadil menegaskan, pihaknya enggan berspekulasi terkait atribut FPI tersebut. Termasuk menyimpulkan apakah ada kaitan antara terduga teroris yang diamankan pihaknya dengan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang melakukan aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (28/3).
"Apakah kelompok Jakarta ini ada kaitan dengan JAD yang ada di Gereja Katedral Makasaar, saya kira terlalu dini bagi kami menyimpulkan. Apabila menyimpulkan fakta dan korelasi yang jelas dan pada hari ini," kata Fadil.
In Picture: Polisi Geledah Tempat Terduga Teroris di Bekasi
Sebelumnya, jajaran Polda Metro Jaya dan Densus 88 Antiteror mengamankan empat terduga teroris dalam penggeledahan di Cikarang, Kabupaten Bekasi dan di Kramatjati, Jakarta Timur. Keempat terduga teroris tersebut berinisial ZA (37), BS (43), AJ (46) dan HH (56). Keempat terduga teroris memiliki perannya masing-masing.
Barang bukti yang disita, setidaknya ada lima bom yang siap digunakan. Kemudian beberapa bahan baku pembuatan bom, kurang lebih 4 kilogram bahan peledak yang sudah jadi jenis TATP dengan jumlah 1,5 kilogram. Serta ditemukan lima bom aktif yang sudah dirakit dalam bentuk kaleng dengan sumbu yang terbuat dari PATP.
"Ini senyawa kimia yg mudah meledak dan tergolong high explosive yang sangat sensitif, PATP senyawa peroksida yang memiliki sifat khas sangat mudah terbakar hanya dengan gesekan, panas dan pemicu yang lainnya," tutur mantan Kapolda Jawa Timur tersebut.
Aksi bom bunuh diri terjadi di pintu gerbang Gereja Katedral di Jalan Kajaolalido, MH Thamrin, Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (28/3) sekira pukul 10.20 waktu setempat. Dalam keterangan resminya, Senin (29/3), Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan, pelaku bom bunuh diri berinisial L meninggalkan surat wasiat untuk orang tuanya.
"Saudara L ini sempat meninggalkan surat wasiat kepada orang tuanya yang isinya mengatakan bahwa yang bersangkutan berpamitan dan siap untuk mati syahid," ujar Sigit dalam konferensi pers di Polda Sulawesi Selatan, Senin (29/3).
Mantan kabareskrim itu juga mengatakan, identitas L diketahui dari hasil identifikasi yang dilakukan Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) melalui sampel sidik jari di lokasi dan pengecekan DNA dari Pusat Laboratorium Forensik Polri. Sementara, pelaku berinisial YSF merupakan istri dari pelaku L yang baru dinikahinya beberapa bulan lalu.
"Saudara L dan YSF ini beberapa bulan yang lalu, tepatnya enam bulan dinikahkan oleh Rizaldi yang beberapa waktu lalu telah ditangkap di bulan Januari. Rizaldi ini kelompok Jamaag Ansharut Daulah atau JAD yang terkait dengan peristiwa di Gereja Katedral Jolo di Filipina pada 2018," ungkap Sigit.
Saya mengutuk keras aksi terorisme di pintu masuk Gereja Katedral Makassar hari ini.
Saya sudah memerintahkan Kapolri untuk mengusut tuntas jaringan-jaringan pelaku dan membongkar jaringan itu sampai ke akar-akarnya. pic.twitter.com/VVjqkrotIi
— Joko Widodo (@jokowi) March 28, 2021