REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga meminta para perempuan Indonesia tidak berhenti belajar demi mencapai kesetaraan dan mampu memberdayakan diri di bidang ekonomi. "Perempuan yang berdaya akan terus berinovasi dan berpikir kreatif demi mencapai kemandirian untuk dirinya. Maka saya berharap bagi seluruh perempuan, janganlah berhenti belajar dan terus berjuang. Yakinlah bahwa perjuangan kita akan menghasilkan kesetaraan," ujar Menteri Bintang melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (25/3).
Hal itu dikatakannya dalam seminar daring bertajuk "Merayakan Keragaman Perempuan Bekerja" dan peluncuran kampanye "Muslimah Bekerja". "Pemberdayaan ekonomi merupakan langkah dasar untuk memberdayakan diri individu perempuan.
Dengan memiliki pendapatan, perempuan dapat membebaskan diri dari ketergantungan, lebih mampu mengambil keputusan atas kepentingan terbaik perempuan dan anak serta meminimalisasi kekerasan terhadap perempuan dan anak. Pada gilirannya ini dapat memperkuat ekonomi dan memastikan kesetaraan dan kemajuan bangsa," kata dia.
Dengan jumlah yang mencapai 49,42 persen penduduk Indonesia berdasarkan data Sensus Penduduk Badan Pusat Statistik 2020, Bintang meyakini potensi perempuan di bidang ekonomi, khususnya kewirausahaan bisa dimaksimalkan. Untuk memberdayakan perempuan di bidang kewirausahaan, Kemen PPPA memfokuskan diri pada pemberdayaan perempuan kepala keluarga, perempuan pra sejahtera dan perempuan penyintas. Bbaik penyintas kekerasan maupun bencana.
Menteri PPPA yakin pemberdayaan dan kesetaraan bagi perempuan hanya dapat tercapai jika berbagai pihak bekerja bersama dan bersinergi. Sementara Ibu Negara RI ke-4 Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menjelaskan tiga hal pokok yang menjadi tantangan dan harus diselesaikan bersama dalam membuka kesempatan pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi.
Pertama, kesetaraan upah antara laki-laki dan perempuan terutama di sektor informal. Kedua, etos kompetisi dan peningkatan kualitas bagi perempuan. Ketiga, pemahaman keagamaan yang sempit dan dangkal.
"Dibutuhkan peningkatan skill dan profesionalitas bagi perempuan agar memiliki kualifikasi yang tinggi sehingga mampu berkompetisi. Ini merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi kaum perempuan. Artinya meski kesempatan sudah terbuka, berbagai lapangan pekerjaan terbuka, tetapi jika kaum perempuan tidak mampu memanfaatkan dengan meningkatkan kualitas diri dan tidak ada daya dukung sosial di keluarga, maka dengan sendirinya perempuan akan tersingkir," tutur Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid.