Rabu 24 Mar 2021 12:33 WIB

Empat Arahan Wapres Percepat Eliminasi TBC di Indonesia

Indonesia masih negara dengan beban tuberkulosis tertinggi ketiga di dunia.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pasien Tuberkulosis melihat hasil ronsen dadanya. Indonesia, India, China, menjadi tiga negara penderita TBC terbesar dunia.
Foto: EPA
Pasien Tuberkulosis melihat hasil ronsen dadanya. Indonesia, India, China, menjadi tiga negara penderita TBC terbesar dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin memberi arahan untuk mempercepat proses eliminasi kasus tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Saat ini, Indonesia masih negara dengan beban tuberkulosis tertinggi ketiga di dunia setelah India dan Cina. Kasusnya mencapai 845 ribu kasus dengan angka kematian 93 ribu kasus.

Pertama, Wapres mendorong upaya meningkatkan intensitas edukasi, komunikasi, dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis. Langkah ini bertujuan, agar masyarakat memahami dan memiliki kemampuan dalam melakukan pencegahan terhadap penyakit tuberkulosis.

"Mendorong agar masyarakat yang terpapar pada risiko tuberkulosis atau memiliki gejala yang berhubungan dengan tuberkulosis agar segera melakukan pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan," kata Ma'ruf dalam peringatan Hari Tuberkulosis se-Dunia, Rabu (24/3).

Kedua, Wapres meminta dilakukan peningkatkan intensitas penjangkauan ke masyarakat untuk menemukan pasien tuberkulosis dan memastikannya masuk ke dalam sistem pengobatan tuberkulosis.

Ketiga, Wapres meminta dilakukan penguatan fasilitas kesehatan, baik di Puskesmas, klinik atau layanan kesehatan masyarakat lainnya. Penguatan fasilitas kesehatan ini juga harus disertai dengan peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam melakukan diagnosis dan pengobatan tuberkulosis, serta memastikan ketersediaan obat-obatan tuberkulosis.

Sedangkan, keempat, memperkuat sistem informasi dan pemantauan untuk memastikan agar pasien tuberkulosis menjalani pengobatan sampai mencapai kesembuhan untuk memutus rantai penularan dan menghindari kemungkinan kebal atau resisten terhadap obat tuberkulosis.

Wapres menekankan, pemerintah memiliki komitmen yang tinggi untuk mengeliminasi TB pada tahun 2030 sejalan dengan target yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals atau SDGs. Karena itu, berbagai upaya harus dilakukan, termasuk mendorong pasien tuberkulosis agar memiliki kepatuhan dalam menjalani pengobatan sampai memperoleh kesembuhan.

"Hingga memerangi stigma dan diskriminasi terhadap pasien tuberkulosis agar tidak dikucilkan di masyarakat," katanya.

Wapres mengingatkan, pentingnya mengeliminasi kasus TB lantaran akibat yang ditimbulkan dari tingginya kasus tuberkulosis di Indonesia jauh lebih besar daripada beban akibat biaya pengobatan TB itu sendiri. Karena itu, ia mengingatkan agar penanganan tuberkulosis harus didukung seluruh jajaran pemerintah dan lapisan masyarakat dengan pendekatan multi-sektoral.

"Beban utama bagi negara akibat TB ini adalah hilangnya produktivitas karena kelompok usia yang paling terdampak tuberkulosis adalah kelompok usia produktif," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement