REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman meminta pemerintah menjaga kepercayaan publik mengenai vaksinasi Covid-19. Pernyataan Dicky menanggapi temuan upaya penipuan vaksinasi di Kepulauan Riau.
Dicky menyampaikan agar pemerintah menindak oknum yang berusaha melakukan penipuan vaksinasi. Ia khawatir makin maraknya oknum pelaku penipuan vaksinasi bakal mempersulit penetrasi vaksinasi.
"Ini bisa menjadi menurunkan kepercayaan publik pada vaksinasi bila itu (penipuan) sudah terjadi," kata Dicky pada Republika.co.id, Senin (22/3).
Dicky pun mengimbau masyarakat untuk tak langsung percaya jika ada yang menawari vaksinasi. "Masyarakat harus taat pada antreannya dan jangan mudah percaya dengan segala informasi yang tidak jelas asalnya," lanjut Dicky.
Dicky juga mewanti-wanti pemerintah supaya tahapan pemberian vaksinasi dijelaskan secara detail. Pelaksanaannya harus mengacu pada jadwal yang sudah ada.
"Pemerintah harus betul-betul jelas tahapan pemberian vaksinnya, kalau berdasarkan kriteria, oke siapa duluan? Sampai kapan? Dan yang nunggu harus jelas kapan dan dimana dapat vaksinnya. Tidak boleh dibiarkan ada ketidakpastian," ujar Dicky.
Kemudian, Dicky mengingatkan pemerintah memperhatikan pelaksanaan vaksinasi di daerah. Ia mengkritisi belum maksimalnya transparansi vaksinasi di level daerah.
"Mekanisme monitoring di daerah harus jelas, kapasitas suntik berapa? Pelaksanaannya gimana dan di mana? Sehingga orang bisa akses. Keterbukaan ini yang belum terlalu diperlihatkan oleh pemerintah," ucap Dicky.
Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kepulauan Riau sebelumnya meminta masyarakat setempat mewaspadai tindak penipuan bermodus vaksinasi Covid-19. Para pelaku mengaku seolah-olah dari pemerintah.
"Ada penipu berusaha meyakinkan masyarakat seolah-olah pelaksanaan vaksinasi tersebut resmi dikeluarkan oleh pemerintah," kata Kepala Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik Dinas Kominfo Provinsi Kepri Iskandar Zulkarnain Nasution di Tanjungpinang, Sabtu kemarin.
Saat ini, kata dia, telah banyak upaya penipuan dengan modus yang memanfaatkan pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Ia menjelaskan pelaku penipuan berpura-pura sebagai tenaga kesehatan dengan modus mempercepat antrean, modus meminta bayaran, penipuan melalui layanan pesan singkat, telepon, dan surat elektronik.
Dalam aksinya, katanya, pelaku meminta sejumlah uang kepada calon korbannya untuk ditransfer ke rekening bank tertentu.