Senin 22 Mar 2021 13:04 WIB

Ini Alasan HRS Diusulkan Jadi Influencer Vaksinasi Covid-19 

Sosok HRS dapat mengesampingkan keterkaitan isu politik dan vaksinasi Covid-19.

Rep: Mimi Kartika / Red: Ratna Puspita
Imam Besar Habib Rizieq Shihab (tengah)
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Imam Besar Habib Rizieq Shihab (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengusulkan Habib Rizieq Shihab (HRS) menjadi duta vaksinasi Covid-19. Menurut dia, sosok HRS dapat mengesampingkan keterkaitan isu politik dan pelaksanaan program vaksinasi Covid-19. 

"Saya bahkan mengusulkan Habib Rizieq Shihab pun kalau perlu jadi influencer vaksinasi, ini supaya orang tidak melihat isu-isu politik, tapi ini isu bersama," ujar Burhanuddin dalam rilis hasil survei secara daring, Ahad (21/3). 

Baca Juga

Sebab, ia mengatakan, hasil survei beberapa waktu lalu menunjukkan ada korelasi antara mereka yang bersedia divaksin dan pilihan politik. Jika HRS menjadi influencer vaksinasi Covid-19, menurut dia, hal ini dapat mendorong masyarakat umum melihat isu vaksinasi Covid-19 menjadi isu bersama, bukan isu politik saja. 

Burhanuddin mengatakan, hasil survei pada Februari lalu juga menunjukkan, sekitar 81 persen responden dari masyarakat umum yang menganggap kehalalan vaksin itu penting. Dengan demikian, kata dia, isu kehalalan menjadi isu krusial yang perlu diperhatikan pemerintah dalam menjalankan program vaksinasi Covid-19. 

Dengan demikian, pemerintah pun perlu memaksimalkan peran tokoh ulama atau agamawan untuk ikut mengampanyekan vaksinasi Covid-19. Menurut dia, keterlibatan tokoh agama ini dapat meredam isu kehalalan vaksin Covid-19, termasuk isu vaksin AstraZeneca yang mengandung babi.  

Di samping itu, ia menyarankan agar tokoh politik, seperti Prabowo Subianto, Sandiaga Salahuddin Uno, serta Anies Rasyid Baswedan berada di depan dalam mengampanyekan vaksinasi Covid-19. Tokoh yang dianggap menjadi referensi kebanyakan warga untuk menentukan pilihan, dalam hal ini bersedia divaksin. 

"Jadi, yang menjadi influencer vaksin bukan hanya Rafi Ahmad, melainkan mereka-mereka yang menurut saya menjadi referensi dalam mengambil keputusan," kata Burhanuddin. 

Burhanuddin menambahkan, pada hasil survei nasional kepada masyarakat umum menunjukkan, masih ada 41 persen yang belum bersedia divaksin. Alasannya, karena faktor kehalalan vaksin itu sendiri dan faktor keamanan. 

Sementara, pada hasil survei kepada 1.200 anak muda rentang usia 17-21 tahun, menunjukkan 73,2 persen bersedia mengikuti vaksinasi Covid-19. Kendati demikian, Burhanuddin menganggap sisanya yang menyatakan belum bersedia menjadi PR pemerintah dalam melaksanakan vaksin Covid-19 di kalangan anak muda. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement