Kamis 04 Mar 2021 12:26 WIB

Pengamat Ingatkan RK tak Buru-Buru Terbujuk Angin Surga

Partai politik yang tak miliki figur, melihat kader muda itu sebagai 'darah segar'.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Pengamat politik Unpad, Muradi.
Foto:

Walaupun, kata dia, peluangnya untuk melirik partai politik masih terbuka mengingat masih banyak partai yang belum memiliki figur yang bisa memiliki nilai elektoral tinggi. 

“Kalau memungkinkan untuk bisa masuk (partai) dia harus bisa mempertimbangkan partai lain di luar partai yang menawarkan sebagai calon ketua umum. Karena banyak partai yang sebenarnya belum punya kader, seperti PAN, Demokrat, NasDem," katanya.

Jadi, kata dia, peluang Emil akan baik kalau menjaga ritme untuk menggali dukungan dari partai lain. "Kalau dia ambil contoh Golkar saja maka ceruknya habis hanya dapat kolam kecil. Sementara karakternya lebih leluasa bergerak di kolam besar. Ini perlu digarisbawahi,” katanya. 

Karena itu, Muradi menilai, rugi jika tokoh sekelas Emil terbawa masuk ke dalam Partai Demokrat. Menurutnya, dengan kondisi konflik internal di partai yang dibuat SBY tersebut, maka Emil tidak bisa memanfaatkan partai tersebut sebagai kendaraan yang solid menghadapi kontestasi Pilpres 2024. 

“Kolam politiknya makin kecil dan dia akan terjebak dalam konflik internal. Itu wasting time. Karena dia bukan kader lama. Peluang untuk fighting tak terlalu kuat dibandingkan kader lama. Sekarang kan pertarungan pendiri dan anak muda," katanya.

Jadi, kata dia, sebaiknya fokus saja, peluang itu akan hadir pada 2022. Ada dua kemungkinan, pertama ada proses pemilihan presiden konvensi NasDem misalnya, atau membangun komunikasi dengan semua partai. "Karena peluangnya masih fifty-fifty,” katanya.

Muradi meminta, Emil memanfaatkan sisa jabatan sebagai gubernur dan tidak terburu-buru. Menurutnya, Emil perlu mengoptimalkan kerja sebagai gubernur Jabar karena akan memberikan efek elektoral luar biasa mengingat Jabar penduduknya paling besar. 

Sebelumnya, salah satu pendiri Partai Demokrat, Darmizal mengungkapkan, sudah ada banyak nama yang diwacanakan untuk menggantikan AHY.

 

Selain Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko, Darmizal juga mengatakan ada nama lain yang muncul, seperti Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, Gubernur Jabar Ridwan Kamil  Gubernur Kalimantan Timur, Isran Noor, dan Ketum Partai Emas Hasnaeni. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement