Jumat 26 Feb 2021 15:24 WIB

LaporCovid Beri Masukan Pencegahan Covid-19 di Ponpes

Ada sejumlah hal yang meningkatkan resiko penularan Covid-19 di Ponpes.

Rep: Rizky Surya/ Red: Hiru Muhammad
Petugas kesehatan membantu mengisi formulir sebelum menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada pengasuh pondok pesantren (ponpes) Lirboyo di Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (26/2/2021). Sebanyak 49 orang pengasuh ponpes Lirboyo mendapatkan suntikan vaksin sebagai upaya menanggulangi penyebaran COVID-19 di lingkungan pesantren.
Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Petugas kesehatan membantu mengisi formulir sebelum menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada pengasuh pondok pesantren (ponpes) Lirboyo di Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (26/2/2021). Sebanyak 49 orang pengasuh ponpes Lirboyo mendapatkan suntikan vaksin sebagai upaya menanggulangi penyebaran COVID-19 di lingkungan pesantren.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Gerakan LaporCovid-19 menemukan masih tingginya risiko penularan Covid-19 di pondok pesantren (Ponpes). LaporCovid-19 memberi sejumlah masukan bagi pengurus Ponpes dan otoritas terkait demi mencegah makin banyaknya santri terjangkit Covid-19.

Relawan LaporCovid-19 Firdaus Ferdiansyah menyebut ada sejumlah hal yang meningkatkan resiko penularan Covid-19 di Ponpes. Di antaranya, satu kamar yang bisa diisi lima sampai belasan santri. Kondisi ini menyulitkan prinsip jaga jarak yang menjadi bagian dari protokol kesehatan. "Selain itu, penularan berisiko terjadi dengan penggunaan kamar mandi umum," kata Firdaus dalam keterangan pers yang diterima Republika pada Kamis (25/2).

Firdaus juga mendapati belum semua Ponpes memiliki data dasar kesehatan santri dan guru. Termasuk mengenai riwayat gangguan pernapasan dan berbagai penyakit lainnya. Di sebagian pesantren bahkan LaporCovid masih menemukan orangtua dan keluarga yang kerap berkunjung sehingga bisa memicu penularan. "Jika pengunjung menularkan kepada seorang santri, santri lainnya berpotensi terpapar. Sebab, intensitas pertemuan santri cukup tinggi, dari pagi hingga malam," ucap Firdaus.

Firdaus menyarankan agar Ponpes memiliki Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) atau penanggung jawab di bidang kesehatan. Tujuannya agar memudahkan melakukan kontrol pelaksaaan protokol kesehatan.

Firdaus kemudian mengusulkan agar meniadakan pertemuan fisik keluarga dari luar pesantren dengan santri. Sebab orangtua dan keluarga bisa mengirim makanan atau paket kepada santri tanpa harus besentuhan fisik. Seluruh santri dan pengajar juga wajib menjalankan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker dan menjaga jarak.

"Pesantren perlu menyiapkan tempat isolasi khusus jika ditemukan santri atau pengajar terduga Covid-19. Pesantren berkoordinasi dengan puskesmas terkait deteksi dini Covid- 19 serta pemeriksaan kesehatan berkala," imbau Firdaus.

Kasus klaster Covid-19 di pesantren sudah beberapa kali terjadi. Di Tasikmalaya, Jawa Barat, sekitar 400 santri terkonfirmasi positif Covid-19 pertengahan Februari 2021. Tahun lalu, sebanyak 550 santri dan guru di sebuah pesantren di Kabupaten Kuningan, Jabar, juga terpapar Covid-19. Tim LaporCovid-19 mencatat, hingga kini terdapat 8.291 kasus positif Covid-19 di lingkungan pesantren. Satu kasus di antaranya meninggal dunia. Data tersebut belum mencakup kondisi keseluruhan karena tidak semua pesantren melaporkan kasus Covid -19. Kasus positif di pesantren lebih tinggi dibandingkan sekolah yang mencapai 1.142 orang. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement