Selasa 23 Feb 2021 08:26 WIB

NEWSTORY: Anies, Banjir Jakarta, dan Egoisme Politik

Banjir Jakarta tidak lepas dari adanya egoisme politik.

Gubernur DKI Anies Baswedan berbincang dengan petugas yang sedang menangani genangan di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Ahad (21/2).
Foto: Istimewa
Gubernur DKI Anies Baswedan berbincang dengan petugas yang sedang menangani genangan di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Ahad (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Banjir besar kembali melanda wilayah DKI Jakarta sepanjang Sabtu (20/2) dinihari hingga Ahad (21/3). Sedikitnya 200 RT terendam air setinggi 40-180 centimeter. 40 ruas jalan tak bisa dilalui, 397 gardu listrik terdampak. Lima nyawa melayang dalam banjir kali ini.

Ada yang lain pada banjir kali ini, ia tak lagi datang dalam siklus lima tahunan, melainkan sudah menjadi fenomena tahunan. Dua tahun berturut-turut juga muncul korban jiwa.

Gubernur Anies Baswesab menuding curah hujan yang di luar kebiasaan dan limpahan air dari sungai-sungai yang bermuara di daerah penyangga sebagai penyebab. Lain pihak, lain pula pendapatnya.

Benarkah curah hujan yang tinggi semata penyebabnya? Atau ada pengabaian dari pihak-pihak yang mestinya bertanggung jawab mencegah banjir baik dari pihak pemerintah daerah maupun pusat? Bagaimana peran populisme dan egoisme politik menghambat pencegahan banjir tersebut?

Apa yang harus dilakukan bila pemerintah serius hendak menangani banjir dan menghentikan nelangsa yang rutin dihadapi warga Ibu Kota tersebut?

Baca juga : Cara Evakuasi Mobil Matik Usai Kena Banjir

Berikut Newstory: 'Banjir Jakarta dan Egoisme Politik'

Editor Republika Fitriyan Zamzami berbincang dengan pakar tata kota dari Universitas Trisaksi, Nirwono Yoga dalam program Newstory: 'Banjir Jakarta dan Egoisme Politik’. 

Simak dan ikuti perbincangannya:

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement