Senin 22 Feb 2021 04:06 WIB

Penerapan Prokes Diupayakan Bagi Ratusan Pengungsi di Garut

Warga mengungsi karena rumahnya terdampak tanah longsor.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Muhammad Fakhruddin
Penerapan Prokes Diupayakan bagi Ratusan Pengungsi di Garut (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Candra Yanuarsyah
Penerapan Prokes Diupayakan bagi Ratusan Pengungsi di Garut (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,GARUT -- Sebanyak 260 jiwa atau 72 kepala keluarga (KK) warga Kampung Cipager dan Kampung Babakan Kawung, Desa Karyamekar, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, masih mengungsi akibat terdampar bencana tanah longsor hingga Ahad (21/2). Ratusan pengungsi itu dipusatkan di bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Karyamekar. 

Camat Cilawu, Mekarwati mengatakan, jumlah warga yang mengungsi karena rumahnya terdampak tanah longsor masih fluktuatif. Sebab, pergerakan tanah di lokasi longsor masih terus terjadi. Alhasil, warga masih takut untuk kembali ke rumahnya.

"Tim dari PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) juga belum datang. Kita masih menunggu, mudah-mudahan secepatnya," kata dia saat dihubungi, Ahad (21/2).

Ihwal penerapan protokol kesehatan (prokes) di lokasi pengungsian, Mekarwti mengatakan, pihaknya sudah membagikan masker dan menyediakan tempat cuci tangan. Petugas juga selalu mengimbau pengungsi di lokasi menerapkan prokes.

Namun, jumlah warga yang mengungsi sangat banyak. Sementara gedung yang bisa digunakan untuk lokasi pengungsian hanya SDN 2 Karyamekar. "Tapi kita upayakan dalam satu ruangan tak terlalu banyak," kata dia.

Ia berharap, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dapat segera melaksanakan relokasi. Sebab, menurut dia, rumah warga yang terdampak tanah longsor di dua kampung itu harus direlokasi lantatan sangat berbahaya jika masih ditempati.

"Untuk lahan relokasi, kita baru sampaikan usulan tempat. Karena kan harus melalui kajian juga tempatnya nanti," kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Garut, Ade Hendarsyah mengatakan, pihaknya telah membuat dapur umum untuk menenuhi kebutuhan logistik pengungsi. Menurut dia, Pemkab Garut telah menetapkan status tanggap darurat bencana di wilayah itu selama 14 hari. Selama masa tanggap darurat bencana, kebutuhan logistik pengungsi akan ditanggung pemerintah.

"Karena kan wilayah itu sudah ditetapkan tanggap darurat bencana," kata dia.

Sementara untuk keputusan relokasi, Ade mengatakan, pihaknya masih menunggu keputusan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut. Jika warga terdampak nantinya masih harus mengungsi sambil menunggu relokasi, ia menambahkan, pihaknya akan upayakan untuk tetap memenuhi kebutuhan logistiknya.

"Saat ini kita fokus dapur umum selama tanggap darurat. Kalau tanggap darurat habis, kebutuhan logistik kita bicarakan dengan kecamatan," kata dia.

Terkait penerapan prokes di lokasi pengungsian, pihaknya terus mengimbau agar para pengungsi menerapkan jaga jarak, memakai masker, dan rajin mencuci tangan. Sebab, meski dalam kondisi darurat, pencegahan penularan Covid-19 juga mesti jadi perhatian. 

Kendati demikian, Ade mengakui, untuk urusan menjaga jarak sulit untuk diterapkan maksimal di lokasi pengungsian. Pasalnya, terdapat banyak orang berkumpul di lokasi itu.

"Kita terus ingatkan, tapi namanya orang banyak. Kita hanya bisa mengingatkan saja terus menerus," kata dia.

Menurut Ade, hingga saat ini kondisi kesehatan para pengungsi masih dalam keadaan baik. Tak ada keluhan penyakit berarti dari para pengungsi. Tim di lapangan juga telah menyiapkan posko kesehatan jika ada pengungsi yang sakit. "Mudah-mudahan tidak ada yang sakit," kata dia.

Sebelumnya, bencana tanah longsor terjadi di Kampung Cipager dan Kampung Babakan Kawung, Desa Karyamekar, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Tasikmalaya, pada Jumat (12/2). Longsor di wilayah itu membuat lahan tanah sepanjang 500 meter amblas sedalam sekira 50 meter. Tak ada korban jiwa dalam kejadian itu, tapi terdapat ratusan warga yang mengungsi akibat terdampak.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement