Senin 15 Feb 2021 14:18 WIB

RS PKU Yogyakarta dan Gamping Diharap Jadi Contoh Terbaik

Di rumah sakit ini, siapapun harus memperoleh pelayanan sebaik-baiknya.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Foto: Republika.
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Resepsi milad digelar RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang memasuki usia 98 tahun dan RS PKU Muhammadiyah Gamping yang memasuki usia 12 tahun. Tahun ini, resepsi mengangkat tema Sehatkan Bangsa, Gelorakan Ta'awun, Hadapi Pandemi.

Ketua Badan Pembina Harian RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping, dr Agus Taufiqurrahman mengatakan, perjalanan hampir 100 tahun itu luar biasa dan harus disyukuri, Apalagi, telah mampu menginspirasi RS dan amal usaha kesehatan lain.

Ia menekankan, capaian-capaian selama ini harus senantiasa disyukuri, jangan sampai membuat lengah. Sebab, ketika kesuksesan diberikan, kita harus semakin kuat memuji Allah SWT, bersyukur dan semakin menguatkan proses intropeksi diri.

Sebab, Agus mengingatkan, di putaran yang kencang ini ada batu kerikil saja bisa membuat kita terlempar. Karenanya, ketika tidak semakin banyak mengevaluasi diri perjalanan menuju satu abad bisa menghadapi hal-hal yang jauh lebih berat lagi.

"Dengan semangat milad ini, kita ucapkan terima kasih kepada seluruh perintis, pendiri, generasi awal rumah sakit ini dan seluruh civitas hospitalia yang sampai saat ini masih setia mengawal rumah sakit ini," kata Agus, Senin (15/2).

Agus meyakini, apa yang sudah kita torehkan untuk rumah sakit ini akan menjadi amal saleh karena spirit awalnya bekerja sebagai jalan ibadah dan jalan dakwah. Ia berharap, seluruh civitas hospitalia senantiasa menyebarkan energi positif.

"Semoga Allah menjadikan rumah yang kita cintai ini betul-betul rumah sakit yang dicinta selamanya, oleh kita pegawai, oleh pasien dan oleh keluarga besar bangsa Indonesia," ujar Agus.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir berharap, milad ini jadi momentum merawat khasanah, mozaik sejarah kelahiran RS PKU Muhammadiyah 15 Februari 1923. Yang mana mengandung spirit penolong kesengsaraan umum berbasis teologi Al Maun.

Spirit itu digagas dan dirintis Kiai Dahlan dan Kiai Suja' bersama generasi awal Muhammadiyah. Spirit itu memiliki misi luhur kemanusiaan untuk melayani sesama tanpa diskriminasi, termasuk perbedaan SARA dan lapisan masyarakatan manapun.

Ia menekankan, semangat PKU dan Al Maun menghadirkan usaha untuk membebaskan, memberdayakan dan memajukan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Semangat peduli dan orientasi kemanusiaan tanpa diskriminasi harus terus hidup.

Di rumah sakit ini, kata Haedar, siapapun dari golongan manapun, lapisan sosial ekonomi manapun, harus memperoleh pelayanan sebaik-baiknya. Jadi, bukan sekadar menghasilkan dan membawa fungsi medik, tapi keruhanian dan dakwah mencerahkan.

"Semua orang yang ada di RS ini harus memiliki jiwa Al Maun, memberikan yang terbaik, memiliki etos baru, spirit baru dan kebersamaan yang mampu menghadirkan RS kebangaan persyarikatan Muhammadiyah, mampu bersaing dengan RS terbaik lain," kata Haedar.

Haedar menegaskan, Al Maun milik semua orang, Al Maun menghadirkan kepedulian otentik dan Al Maun memberi kenyamanan bagi siapapun. Sekaligus, Al Maun yang membebaskan, memberdayakan, memajukan dan menjadi penanda RS PKU di era baru.

"Jadilah penggerak dan contoh terbaik RS Al Maun Muhammadiyah berkemajuan dalam seluruh aspeknya, insya Allah milad ini memberi kado terbaik bagi perjalanan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta-Gamping di era baru Muhammadiyah abad kedua," ujar Haedar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement