REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota Yogyakarta memperkirakan vaksinasi Covid-19 tahap pertama selesai pada pertengahan Maret 2021. Hingga saat ini, proses vaksinasi kepada SDM kesehatan masih terus berjalan.
"Dari hasil perhitungan, diperkirakan seluruh tenaga kesehatan yang memenuhi syarat di Kota Yogyakarta selesai divaksin Covid-19 pada akhir Februari atau pertengahan Maret 2021," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.
Per hari, pihaknya dapat menyuntikkan vaksin Covid-19 sebanyak 200-300 dosis vaksin. Heroe menyebut, pihaknya terus meningkatkan jumlah SDM kesehatan yang divaksin di Kota Yogyakarta.
Sehingga, diharapkan dapat selesai secepatnya dan vaksinasi tahap selanjutnya dapat segera dimulai. Walaupun begitu, pelaksanaan vaksinasi di tahap selanjutnya tetap dilakukan berdasarkan ketersediaan vaksin di Kota Yogyakarta.
"Yang penting vaksin tersedia, kami juga bisa jalan. Karena di hari-hari ini kami diminta untuk meningkatkan jumlah yang divaksin Covid-19 agar semakin banyak," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani mengatakan, vaksinasi untuk SDM kesehatan sudah mencapai 67,28 persen berdasarkan data per 29 Januari. Sementara, SDM kesehatan di Kota Yogyakarta yang disasar untuk vaksinasi sendiri mencapai 8.680 orang.
Baca juga : Pakar Menduga Ada Tiga Sebab Infeksi Covid-19 Usai Vaksinasi
"Idealnya seluruh penduduk divaksinasi. Jika tidak tercapai 100 persen, paling tidak menurut epidemiologi angka minimum yang diperlukan adalah 70 persen dari jumlah penduduk," kata Emma.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Pembayun Setyaningastutie juga mengatakan, pihaknya menargetkan vaksinasi baru akan selesai pada akhir Februari di seluruh kabupaten/kota di DIY. "Akhir Februari (2021) tahap pertama untuk seluruh SDM kesehatan kita targetkan selesai," katanya.
Terkait kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), Pembayun menuturkan, belum ada KIPI dengan kondisi besar usai vaksinasi Covid-19 di DIY. Namun, ada beberapa kejadian yang dialami oleh penerima vaksin seperti mengantuk, pegal-pegal hingga lapar.
Walaupun begitu, Pembayun menegaskan bahwa kejadian tersebut bukan disebabkan oleh vaksin Sinovac itu sendiri. Namun, adanya kejadian ikutan ini dikarenakan penerima vaksin dalam keadaan tidak siap saat kan menerima vaksin.
"Semua kondisi setelah vaksin itu masuk KIPI, tapi itu tadi bahwa vaksin tidak menyebabkan KIPI. Penyebabnya bisa jadi dalam keadaan tidak siap atau benar-benar tidak fit," ujarnya.