REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laju pertumbuhan penduduk Indonesia telah melambat dalam satu dekade terakhir. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, jumlah penduduk Indonesia per 2020 sebanyak 270,2 juta jiwa.
Angka ini bertambah 32,56 juta jiwa dalam kurun waktu 10 tahun. Artinya, rerata laju pertumbuhan penduduk periode 2010-2020 sebesar 1,25 persen per tahun. Sementara itu, rerata laju pertumbuhan penduduk Indonesia periode 2000-2010 sebesar 1,49 persen. Bila dibandingkan dengan capaian satu dekade terakhir maka terjadi pelambatan.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyampaikan, kondisi ini menunjukkan bahwa program Pembangunan Keluarga Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) yang sebelumnya bernama KKBPK, cukup efektif. Karena itu, dalam pelaksanaan program dalam dekade mendatang BKKBN perlu fokus pada kualitas manusia Indonesia, tak lagi semata-mata pada kuantitasnya.
"Hal ini mengindikasikan bahwa melalui program Bangga Kencana laju pertumbuhan penduduk berhasil diperlambat. Ke depan harus berorientasi kepada kualitas SDM, tidak terpaku pada kuantitas. Termasuk di dalamnya program penurunan stunting," ujar Hasto dalam pembukaan Rakornas Program Bangga Kencana di Istana Negara, Kamis (28/1).
Selain itu, Presiden Jokowi juga meminta BKKBN melakukan pendekatan yang berbeda untuk menyosialisasikan program-programnya kepada generasi muda, terutama milenial. Presiden mengingatkan, fakta bahwa mayoritas penduduk Indonesia saat ini disusun oleh kelompok usia muda tak boleh dikesampingkan dalam promosi program KB.
Berdasarkan sensus yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia adalah 270,2 juta jiwa. Generasi Z (berusia 8-25 tahun) merupakan populasi terbanyak dengan persentase 27,94 persen, sedangkan milenial (24-39 tahun) berada di posisi kedua dengan persentase 25,87 persen.
"Karena kelompok sasaran utama binaan bapak ibu adalah generasi muda, keluarga-keluarga muda yang lebih berkarakter digital. Semuanya punya gawai, gadget, HP, dan sering melihat HP dan aktif di media sosial. Metode komunikasi BKKBN juga harus berubah. Harus berkarakter kekinian," ujar