Rabu 27 Jan 2021 13:36 WIB

Penyebab Masih Lambatnya Realisasi Vaksinasi Covid-19

Jumlah nakes yang sudah divaksin baru 245.685 dari target 1,4 juta nakes.

Aktivitas vaksinasi COVID-19 Sinovac untuk tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA), Banda Aceh, Aceh, Rabu (27/1/2021). Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan terdapat 15 persen dari 1,48 juta tenaga kesehatan tahap pertama belum dapat diberikan vaksinasi COVID-19 karena terkendala tekanan darah tinggi dan memiliki penyakit penyerta (komorbid).
Foto: ANTARA /Irwansyah Putra
Aktivitas vaksinasi COVID-19 Sinovac untuk tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA), Banda Aceh, Aceh, Rabu (27/1/2021). Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan terdapat 15 persen dari 1,48 juta tenaga kesehatan tahap pertama belum dapat diberikan vaksinasi COVID-19 karena terkendala tekanan darah tinggi dan memiliki penyakit penyerta (komorbid).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Sapto Andika Candra

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut, rendahnya realisasi penyuntikan vaksin Covid-19 disebabkan adanya masalah dalam manajemen lapangan. Karena itu, ia telah menginstruksikan agar permasalahan ini segera diperbaiki.

Baca Juga

“Ini kan memang baru awal-awal, vaksinasi ini awal-awal. Dimulai dari tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat, biasa di awal itu ada manajemen lapangan yang perlu diperbaiki,” ujar Jokowi usai mendapatkan suntikan vaksinasi Covid-19 dosis kedua di Istana Presiden, Jakarta, Rabu (27/1).

Jokowi menyebut, vaksinasi baru dapat dilakukan terhadap sekitar 250 ribu tenaga kesehatan. Namun demikian, dalam dua hari terakhir ini, ia menyebut jumlah tenaga kesehatan yang mendapatkan vaksin sudah melonjak tajam.

“Jadi sehari bisa 50 ribu,” kata dia.

Pemerintah pun berharap target yang telah ditetapkan sebelumnya dapat terlaksana dengan baik. Sebab, Indonesia memiliki sekitar 30 ribu vaksinator di sekitar 10 ribu puskesmas dan juga tiga ribu rumah sakit.

Jokowi berharap, setidaknya vaksinasi dapat dilakukan terhadap sekitar 900 hingga satu juta orang dalam sehari.

“Ini target. Tapi memang itu perlu waktu, perlu manajemen lapangan yang baik dan ini yang selalu saya sampaikan kepada Menteri Kesehatan,” kata Jokowi.

Baca juga : Jokowi Pakai Singlet Saat Vaksin Dosis Kedua, Ini Alasannya

Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Kesehatan, jumlah penerima vaksin per Selasa (26/1) ini sebanyak 245.685 orang. Mengingat program vaksinasi Covid-19 mulai bergulir pada 13 Januari 2021 (vaksinasi perdana kepada Presiden Jokowi), maka terhitung rata-rata jumlah orang yang divaksin sampai saat ini sekitar 17.500 orang setiap harinya.

Perhitungan kasarnya, dengan asumsi laju vaksinasi Covid-19 di Indonesia 17.500 orang per hari, maka dalam setahun (365 hari) program vaksinasi hanya mampu mencakup 6,4 juta orang. Hitung-hitungan tersebut memberi gambaran kondisi laju vaksinasi yang berjalan saat ini.

Meski begitu, dalam beberapa hari tercatat jumlah orang yang divaksin cukup tinggi. Pada 25-26 Januari 2021 misalnya, ada 83.726 orang yang divaksin. Pemerintah sendiri menargetkan vaksinasi untuk kelompok prioritas sebanyak 1,48 juta orang bisa rampung akhir Februari 2021.

Pemerintah sendiri masih belum mengubah target vaksinasi untuk bisa rampung sebelum akhir 2021. Salah satu upayanya dengan memastikan pesanan 426 juta dosis vaksin tiba sesuai jadwal.

Presiden Jokowi sempat memerinci pengadaan vaksin Covid-19 oleh pemerintah untuk tahap awal. Pada Januari ini, sebanyak 3 juta dosis vaksin Covid-19 didatangkan ke Indonesia. Menyusul pada Februari, sebanyak 4,7 juta vaksin masuk. Selanjutnya pada Maret sebanyak 8,5 juta dosis vaksin, April 16,6 juta dosis, Mei 24,9 juta dosis, dan Juni 34,9 juta dosis.

Baca juga : Vaksinasi Nakes Masih Rendah, Jokowi Akui Ada Masalah

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, penuhnya kapasitas cold chain di beberapa daerah menjadi alasan di balik belum optimalnya vaksinasi.

"Saat ini spesifik hambatan ialah penuhnya kapasitas cold chain di beberapa daerah karena masih diisi oleh vaksin non Covid-19 yang belum sempat tersalurkan karena terhambat pandemi," ujar Wiku kepada Republika, Selasa (26/1).

Vaksin non Covid-19 yang masih tersimpan di fasilitas cold chain di daerah membuat pasokan vaksin Covid-19 pun terhambat. Akibatnya, vaksinasi belum bisa dilakukan dengan cepat.

Merespons kondisi ini, Wiku mengatakan, pemerintah berupaya mempercepat pengadaan bulk (bahan baku) vaksin Covid-19 dari sejumlah negara. Terutama bulk vaksin COVAX yang diedarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan GAVI, sebuah aliansi vaksin internasional. Melalui bulk ini, maka Indonesia bisa menyesuaikan produksi vaksin sesuai kesiapan cold chain di daerah.

photo
Indonesia mengimpor vaksin Covid-19 dari berbagai produsen vaksin dunia. - (Tim Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement