Ahad 24 Jan 2021 15:22 WIB

Merdeka Belajar dan Inovasi Pendidikan Tinggi

Esensi merdeka belajar itu adalah spirit mencari dan mengembangkan ilmu.

Sejumlah mahasiswa dengan menggunakan masker mengikuti perkuliahan Universitas Pantheon, Paris, Kamis (24/9). Banyak cluster baru kasus COVID-19 telah muncul, terutama sejak di bukanya kampus serta kegiatan belajar mengajar pada bulan ini. Menguatnya kasus Covid-19 ini merupakan tanda peringatan bagi negara-negara lain di Eropa, di mana sebagian besar universitas di eropa bersiap untuk melanjutkan kegiatan belajar dan penelitian dalam beberapa minggu mendatang. Foto AP / Michel EulerGaleri Foto
Foto:

Inovasi Pendidikan Tinggi

Di era digital dan disrupsi ini, inovasi Pendidikan Tinggi merupakan sebuah kebutuhan mendesak jika tidak ingin menjadi bagian dari masa lalu. Inovasi pendidikan yang efektif meniscayakan hasil pembelajaran berkualitas tinggi.

Di Amerika Serikat, menurut Peter Serdyukov, “Innovation in education: what works, what doesn’t, and what to do about it? dalam Journal of Research in Innovative Teaching & Learning (2017), fokus utama inovasi pendidikan diorientasikan pada pengembangan teori dan praktik pembelajaran, peserta didik, orang tua, komunitas, masyarakat, dan budayanya. Aplikasi teknologi membutuhkan landasan teoritis yang kokoh berbasis riset dengan  tujuan yang jelas, sistemik, dan pedagogi yang baik. Salah satu bidang penting penelitian dan inovasi adalah efisiensi biaya dan waktu pembelajaran.

Pasi Sahlberg, seorang pendidik Finlandia dan penulis buku laris, The Finnish Lessons: What Can the World Learn from Educational Change In Finland, menyatakan dalam sebuah wawancara kepada Huffington Post, “Cendekiawan Amerika dan tulisan mereka, seperti Theory of Multiple Howard Gardner, telah berpengaruh dalam membangun sistem sekolah yang paling dikagumi di Finlandia” (Rubin, 2015). Singapura, Korea Selatan, Cina, dan negara-negara berwawasan ke depan lainnya juga belajar dari gagasan pendidikan AS yang hebat.

Belajar dari negara-negara maju, inovasi pendidikan tinggi dapat dilakukan dalam tiga bentuk. Pertama, penyesuaian atau peningkatan proses: inovasi dapat dikembangkan dalam kinerja sehari-hari dan dilihat sebagai cara untuk membuat pekerjaan atau proses pembelajaran menjadi lebih mudah, lebih efektif, lebih menarik, atau mengurangi stres.

Karena itu, inovasi harus berorientasi kepada peningkatan efektivitas pemanfaatan teknologi di bidang pendidikan, khususnya pembelajaran online; sekaligus peningkatan efisiensi waktu dan biaya pendidikan.

Kedua, modifikasi proses, yaitu inovasi yang secara signifikan mengubah proses, kinerja, atau kualitas produk dan luaran pembelajaran, seperti pembelajaran akseleratif, pembelajaran campuran (daring dan luring), pembelajaran berbasis riset, pembelajaran bermuara publikasi artikel pada jurnal sebagai hasil mini riset dan diskusi kelas.

Perkuliahan tidak sekadar merupakan transfer of knowledge melalui komunikasi edukatif antara dosen dan mahasiswa, tetapi menjadi interaksi dan diskusi akademik yang menginspirasi dan melahirkan banyak gagasan besar yang dikanalisasi melalui riset integratif dan kolaboratif antara dosen dan mahasiswa, untuk kemudian dijurnalkan.

Ketiga, transformasi sistem, yaitu konversi sistemik, misalnya sistem pendidikan yang sepenuhnya otomatis, berbasis digital; pembelajaran otonom atau mandiri; pembelajaran online, berjejaring, dan dinamis.

Inovasi pendidikan tinggi harus menjadi bagian integral dari sistem pendidikan, dalam konteks supersistem masyarakat yang menunjukkan keterkaitan dan saling ketergantungan di semua tingkatan. Peningkatan kualitas dan skala inovasi pendidikan akan berdampak positif pada pendidikan itu sendiri dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat.

Dengan demikian, spirit merdeka belajar dan kampus merdeka adalah inovasi pendidikan menuju kampus cerdas (smart campus), yaitu kampus yang berbudaya literasi, kampus sehat, bersih, hijau nan asri, (go green campus), dikembangkan berbasis riset (universitas riset), information and communication technology (ICT), kaya HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) yang dipatenkan, berkontribusi dalam isu-isu global, dan mendapatkan rekognisi internasional.

Inovasi pendidikan tinggi idealnya juta membuahkan kampus cerdas yang berbudaya mutu dan mengembangkan 6C’s sebagai keterampilan belajar abad 21, yaitu: (1) Think Critically (berpikir kritis), (2) Communicate Clearly (berkomunikasi dengan jelas). (3) Work Collaboratively (bekerja secara kolaboratif), (4) Embrace Culture (merangkul budaya, mengembangkan kearifan sosial kultural), (5) Develop Crerativity (mengembangkan kreativitas), dan (6) Utilize Connectivity (memanfaatkan konektivitas).

Inovasi pendidikan tinggi menghendaki koloborasi dan kontribusi positif dari semua pemangku kepentingan untuk memajukan pendidikan  sebagai fondasi peradaban bangsa.

Di atas semua itu, inovasi pendidikan tinggi juga harus bersendikan moralitas dan spiritualitas yang memberi pencerahan dan memandu jalan keadaban bagi para calon lulusan. Moralitas dan spiritualitas sangat penting diintegrasikan dalam proses inovasi, agar produk pendidikan tinggi mampu berkontribusi positif sebagai benteng moral dan spiritual bagi masa depan pembangunan bangsa dan kemanusiaan universal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement