Sabtu 23 Jan 2021 17:02 WIB

Tingkat Partisipasi Nakes Tentukan Keberhasilan Vaksinasi

Vaksinasi tahap I dengan menyasar 10 persen populasi harus berjalan dengan baik.

Vaksinasi Covid-19 tahap pertama bagi 3.987 tenaga kesehatan (nakes) di Kabupaten Semarang, diawali dengan Pencanangan Vaksinasi Covid-19 Tingkat Kabupaten Semarang oleh jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Kabupaten Semarang, di aula lantai 2 Puskesmas Ungaran, Kabupaten Semarang, Kamis (14/1).
Foto: Republika/bowo pribadi
Vaksinasi Covid-19 tahap pertama bagi 3.987 tenaga kesehatan (nakes) di Kabupaten Semarang, diawali dengan Pencanangan Vaksinasi Covid-19 Tingkat Kabupaten Semarang oleh jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Kabupaten Semarang, di aula lantai 2 Puskesmas Ungaran, Kabupaten Semarang, Kamis (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ahli epidemiologi Universitas Andalas (Unand) Padang Defriman Djafri berpendapat, keberhasilan vaksinasi Covid-19 akan ditentukan oleh sejauh mana keberhasilan pelaksanaan tahap I. Tingkat partisipasi vaksinasi tahap I harus tinggi.

"Untuk tahap I kan menyasar tenaga medis dan mereka adalah orang yang memiliki akses informasi yang baik, jika pelaksanaan berjalan baik maka tahap selanjutnya akan lebih mudah," kata dia di Padang, Sabtu (23/1).

Baca Juga

Oleh sebab itu, ia mengingatkan pemerintah, vaksinasi tahap I dengan menyasar 10 persen populasi harus berjalan dengan baik dengan angka partisipasi yang tinggi.

"Kalau tahap I berhasil tidak ada lagi masyarakat yang takut, malah orang akan berbondong-bondong, tapi kalau tahap satu ada kendala dampaknya sistemik," kata dia.

Defriman melihat saat ini untuk menyukseskan vaksin strateginya adalah memastikan tingkat partisipasi tinggi. Sehingga, kekebalan kelompok tercipta dan bisa melindungi diri dan orang terdekat dari Covid-19.

"Kendati efikasi sudah tinggi, kalau yang divaksin rendah percuma, kuncinya adalah efikasi tinggi dan partisipasi tinggi," ujarnya.

Kemudian terkait adanya kejadian usai imunisasi ia mengingatkan perlu dibedakan antara reaksi yang disebabkan karena komponen vaksin, cacat mutu vaksin, kesalahan prosedur dalam vaksin, hingga kecemasan karena takut disuntik. Ia mengemukakan, yang banyak dikhawatirkan adalah komponen vaksin karena masyarakat ragu dengan vaksin yang berasal dari China.

Padahal tidak juga jaminan ketika vaksin itu berasal dari luar China seperti Eropa dan Amerika Serikat tidak ada kendala.

"Semua vaksin itu standar pembuatan sama dan BPOM sudah melakukan uji mutu, semua orang di dunia juga memantau," kata dia.

Defriman juga mengingatkan kepada Dinas Kesehatan meminimalkan kesalahan prosedur dalam melakukan vaksin dengan melatih tenaga vaksinator yang andal.

"Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan awal orang yang akan divaksin memastikan kondisinya layak untuk mencegah dampak, kata dia.

Ia menilai saat Gubernur Sumbar Irwan Prayitno batal divaksin karena berdasarkan hasil pemeriksaan awal belum memenuhi syarat malah baik. Sebab, menurutnya, jika diteruskan dan ada dampak malah jadi preseden lagi.

"Artinya skrining awal tenaga medisnya berjalan baik," kata dia.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengemukakan, sebanyak 145.901 tenaga kesehatan (nakes) di 92 kabupaten-kota pada 34 provinsi telah divaksinasi sebagai upaya pencegahan penularan Covid-19. Secara total tercatat sebanyak 172.901 tenaga kesehatan yang telah mengakses layanan vaksinasi Covid-19.

Namun, dari jumlah tersebut sebanyak 27 ribu tenaga kesehatan batal atau ditunda vaksinasinya karena beberapa alasan. Antara lain memiliki tekanan darah tinggi saat pemeriksaan kesehatan awal, merupakan penyintas Covid-19, sedang menyusui dan memiliki penyakit komorbid lain.

"Vaksinasi ini akan terus berjalan pada seluruh tenaga kesehatan sampai akhir Februari yang ditargetkan 1,47 juta tenaga kesehatan divaksinasi," kata Nadia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement