Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Zulfikri menilai, pengembangan elektrifikasi KRL Yogya-Solo merupakan komitmen menyediakan sarana perkeretaapian yang efektif, efisien, dan terjangkau bagi masyarakat.
Sekaligus, mendukung visi dan misi mewujudkan transportasi yang berdaya saing, berteknologi dan ramah lingkungan. Sebelumnya, jalur Yogya-Solo dilayani KRD Prameks yang meningkat okupansinya dan perpanjangan jalur sampai Kutoarjo.
Ini mendorong inovasi memenuhi kebutuhan transportasi massal memadai jalur itu. Zulfikri menekankan, pemilihan jalur sesuai studi kelayakan yang memperkirakan 2021 potensi pertumbuhannya capai 5.921.890 dan 29.320.769 pada 2035.
"KRL juga mendukung konektivitas transportasi KSPN Borobudur dan mendorong pemulihan ekonomi terdampak pandemi. Secara teknis, koridor Yogya-Solo sudah jalur ganda, jadi lebih mudah dan lebih efisien pembangunannya," ujar Zulfikri.
Saat beroperasi, tarif yang dikenakan penumpang Rp 8.000 sama dengan tarif KA Prameks yang selama ini melayani koridor Yogya-Solo dan sudah mendapat subsidi PSO. Ke depan, KRL Yogya-Solo terus dievaluasi untuk melihat animo.
Adapun KA Prameks saat ini masih tetap beroperasi dengan penyesuaian waktu layanan KRL yang nantinya diharap dapat seluruhnya digantikan KRL. Selain itu, KAI juga membuka kembali sejumlah stasiun lintas Yogyakarta-Solo.