REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) R Yunus Ardianto mengungkapkan, memori perekam suara pilot di kokpit atau CVR pesawat Sriwijaya Air SJ-182 masih bisa dibaca. Meski, ungkap dia, CVR itu dalam kondisi terlepas dari pembungkusnya.
"Insya Allah bisa (dibaca), kami selama ini sudah bisa menyelesaikan kejadian sebelum Sriwijaya SJ-182," kata investigator KNKT R Yunus Ardianto di Dermaga JICT Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (16/1).
Meski begitu, memori yang merupakan bagian terpenting dari CVR itu masih belum ditemukan dan sedang dicari Tim SAR gabungan. Dia menjelaskan, kondisi memori yang terlepas dari pembungkusnya bukan merupakan yang pertama. Peristiwa serupa pernah dialami ketika kecelakaan menimpa pesawat Lion Air Boeing 737 Max 8, AirAsia hingga Sukhoi.
Di dalam pembungkus atau casing CVR, lanjut dia, terdapat memori dan power serta ada penghubung. "Kemarin yang ditemukan itu rumah memori saja," ujar Yunus.
CVR merupakan satu dari dua bagian kotak hitam dari pesawat. Selain CVR, bagian lain dari kotak hitam pesawat adalah Flight Data Recorder (FDR) atau rekaman data penerbangan yang sudah ditemukan pada Selasa (12/01).
KNKT, kata dia, sedang mengunduh data FDR untuk kemudian diteliti untuk mengungkap penyebab kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki pada Sabtu (9/1).
Pesawat yang melayani rute Jakarta-Pontianak itu jatuh setelah mengudara selama empat menit. Berdasarkan data manifes, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang, yakni 40 orang dewasa, tujuh anak-anak dan tiga bayi. Selain itu, juga ada 12 kru terdiri atas enam kru aktif dan enam kru ekstra.