Selasa 12 Jan 2021 06:52 WIB

Ibu dan Tiga Anak Penumpang Sriwijaya Ingin Temui Suaminya

Keluarga asal Bogor yang mengontrak di Serang itu ingin bertemu suami di Pontianak.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Warga membawa bunga dan berdoa bagi para korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182.
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Warga membawa bunga dan berdoa bagi para korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182.

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Satu keluarga di Kota Serang, Banten, diduga menjadi bagian dari korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di perairan Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada Sabtu (9/1).

Satu keluarga tersebut terdiri empat orang, yaitu satu bayi yang berumur di bawah satu tahun bernama Fao Nuntius Zai. Sedangkan korban lainnya itu adalah Umbu Kristin Zai (2), Zursisya Zuar Zai (9) dan Arneta Fauzia (38) ibu kandung dari ketiga anak tersebut.

Baca Juga

Dituturkan oleh asisten rumah tangga keluarga korban, Yayu (50), keluarga ini merupakan pendatang di Kota Serang yang sebelumnya tinggal di Kota Bogor. Menurut Yayu, mereka pindah dan mengontrak di salah satu rumah di kompleks Taman Lopang Indah, RT 01, RW 013, Kelurahan Unyur, Kecamatan Serang, Kota Serang sejak Oktober 2020 hingga saat ini.

Sedangkan suami korban, yaitu Yaman, bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di salah satu perusahaan di Kalimantan Barat (Kalbar). "Kalau ibu (Arneta) memang ngontrak di sini sudah kurang lebih sekitar tiga bulanan sampai sekarang. Tadinya kan tinggal di Bogor karena suaminya ini kerja di Kalimantan jadi ABK," katanya di Kota Serang, Senin (11/1).

Dia menjelaskan mengaku, sempat mengantarkan korban ke Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang pada Sabtu sekitar pukul 09:00 WIB. Rencananya ibu dan tiga anaknya tersebut akan berkunjung ke Pontianak untuk menemui suaminya. Tetapi, kata Yayu, jadwal pemberangkatan yang sudah dijadwalkan tersebut mengalami keterlambatan sehingga ia pun ikut menunggu menemani korban.

"Hari Kamis (7/1) sudah ke bandara tapi ketinggalan pesawat, terus hari Jumat (8/1), jadwalnya juga diundur karena dianya kecapean kayanya. Terus ngambil yang jam setengah dua itu hari Sabtu, berangkat jam 9 pagi dari sini," kata dia.

Dia mengungkapkan, tidak lama setelah pemberangkatan dari bandara, suami korban kemudian menelpon anak sulungnya, yaitu Auliya (19), untuk menanyakan istri dan anak-anaknya yang tak kunjung tiba di Kota Pontianak.

"Karena si Neng Auliya itu ga ikut berangkat, pas sorenya itu Bapak (Yaman) telpon nanyain si ibu ko gak nyampe-nyampe katanya. Udah gitu ngedenger berita dari TV pesawat yang ditumpangi ibu kecelakaan, dari situ saya kaget," kata Yayu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement