REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu keluarga korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 adalah Syarif Rafiq. Dia terlihat keluar dari Posko Crisis Center Sriwijaya Air SJ 182, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Ia memakai baju putih dan peci putih menuju mobil yang sudah disediakan oleh pihak bandara untuk mengantarnya ke hotel Mercure, Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, pukul 19.51 WIB pria paruh baya ini berjalan ke arah mobil dengan wajah sedih. Matanya merah. Kacamatanya berembun. Ia langsung masuk ke mobil yang sudah disediakan. Di sela kesedihannya, ia masih bersedia untuk diwawancara oleh wartawan.
"Iya, saya keluarga korban yang bernama Panca Widia Nursanti. Dia istri saya. Ini saya mau dibawa ke hotel untuk beristirahat," kata Syarif Rafiq, suami dari korban Panca Widia Nursanti, Senin (11/1).
Sambil berusaha tersenyum, dia pun langsung pergi menuju hotel bersama dua orang keluarga korban lainnya di dalam mobil. Ketika Republika mengecek daftar penumpang dan bagasi Sriwijaya Air SJ-182 terdapat nama yang tertera yaitu Panca Widia Nursanti dengan kode pemesanan IODPMB, seat 8A dan kelas V.
Sebelumnya diketahui, Pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB. Pesawat diduga kuat jatuh di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang. Terjadi setelah melewati ketinggian 11 ribu kaki dan saat menambah ketinggian di 13 ribu kaki.
Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pukul 14.36 WIB. Mundur dari jadwal penerbangan yang seharusnya 13.35 WIB karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang. Terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas enam kru aktif dan enam kru ekstra.