Kamis 07 Jan 2021 13:11 WIB

Kasus Aktif Meningkat Dua Kali dalam Dua Bulan Terakhir

Doni mengatakan terjadi penambahan pasien Covid-19 di hampir semua RS.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
 Kepala BNPB sekaligus Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo
Foto: BNPB
Kepala BNPB sekaligus Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat kasus aktif virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) meningkat dua kali lipat dalam dua bulan terakhir. Akibatnya, rumah sakit (RS) rujukan yang menangani Covid-19 harus bisa melayani lonjakan pasien yang terinfeksi virus ini.

"Presiden menjelaskan kepada seluruh gubernur bahwa dalam tempo dua bulan terjadi peningkatan dua kali lipat kasus aktif. Kasus aktif pada awal November 2020 sebanyak 54 ribu orang, kemudian kemarin Rabu (6/1) mencapai 110 ribu dan sorenya dilaporkan 112 ribu orang," ujar Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo saat konferensi virtual BNPB Bertema Update Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Berbagai Daerah Jawa dan Bali, Kamis (7/1).

Baca Juga

Konsekuensinya, dia mengatakan, terjadi penambahan pasien Covid-19 di hampir semua RS. Ia mengatakan, pemerintah memang telah menyiapkan sejumlah fasilitas milik pemerintah pusat dan pemerintah daerah dibantu fasilitas milik TNI/Polri.

Namun, ia mengatakan, keberadaan fasilitas itu tidak bisa menjamin mampu melayani melonjaknya warga masyarakat Indonesia yang terpapar Covid-19. Apalagi, ada persoalan sumber daya manusia (SDM) tenaga kesehatan (nakes) dan dokter di Tanah Air yang jumlahnya terbatas.

Doni mengatakan jumlah masyarakat yang dirawat akibat Covid-19 paralel dengan dokter dan tenaga kesehatan yang ikut terpapar virus ini. Kondisi ini berdampak langsung pada meningkatnya angka kematian para dokter. 

Karena itu, ia mengatakan, perlu ada langkah yang tepat dan terukur agar kasus aktif ini tidak meningkat dan masyarakat yang terpapar Covid-19 tidak semakin banyak. "Jumlah dokter di Tanah Air juga sangat terbatas sehingga perlu ada perlindungan fasilitas rumah sakit, dokter, perawat supaya tidak ada kepanikan," katanya.

Menurut Doni, kondisi serupa pernah terjadi pada September 2020. Kala itu, sempat terjadi lonjakan kasus yang sangat tinggi sehingga pemerintah pusat dan daerah menyusun strategi untuk melakukan pembatasan.

Hasilnya, ia mengatakan, ada penurunan kasus sekitar 12 persen. Jika pertengahan Oktober, jumlah kasus aktif 67 ribu orang maka upaya dari pemerintah pusat dan daerah membuat kasus aktif bisa ditekan hingga 54 ribu atau terjadi penurunan hampir 13 ribu.

Karena itu, Doni optimistis kasus aktif yang meningkat pesat belakangan ini dapat diturunkan. Dengan syarat, pemerintah pusat bersama dengan pemerintah daerah kembali berupaya mengendalikan penularan virus.

Kendati demikian, Doni menegaskan langkah ini harus didukung oleh seluruh komponen masyarakat bersama-sama melakukan berbagai upaya dan langkah pencegahan. Ia mengatakan, apa yang dilakukan masyarakat belum sebanding dengan pengorbanan dokter dan perawat yang harus melayani pasien.

"Pentingnya mematuhi protokol kesehatan, hari ini kami di Satgas dan juga semua mengajak masyarakat untuk melakukan evaluasi. Mari kita patuhi protokol kesehatan, pakai masker, jaga jarak, tidak boleh berkerumun, cuci tangan sesering mungkin," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement