REPUBLIKA.CO.ID, MAJENE -- Pemerintah Kabupaten Majene bersama Satuan Tugas Covid-19 memutuskan menunda proses pembelajaran tatap muka di sekolah karena masih adanya pandemi Covid-19.
Pelaksana tugas Bupati Majene Lukman Nurman, pada rapat koordinasi bersama Tim Gugus Tugas Covid-19 di Majene, Senin (4/1), mengatakan penundaan pembelajaran tatap muka tersebut sebagai respons atas peningkatan kasus Covid-19 di daerah itu.
"Sambil menunggu tibanya vaksin pada April 2020, akan dirumuskan metode dan inovasi pembelajaran para siswa-siswi selama pandemi berlangsung," kata Lukman.
Sekolah, kata Lukman, tetap akan dibuka tetapi untuk proses belajarnya dinonaktifkan.
"Untuk wilayah yang terjangkau sinyal bisa melaksanakan pembelajaran melalui daring , namun bagi daerah yang tidak terjangkau internet para guru bisa melaksanakan pembelajaran keliling," ujarnya.
"Jadi setelah hal ini ditetapkan, tidak ada lagi sekolah dibuka untuk pembelajaran dan ini berlaku untuk semua sekolah, baik negeri, swasta maupun madrasah di Majene," kata Lukman yang juga sebagai Ketua Satgas Covid-19 Majene.
Sebelum keputusan tersebut diambil, banyak saran dari Satgas Tugas Covid-19 Majene, seperti Kapolres Majene AKBP Irawan Banuadji yang meminta pemerintah daerah mempertimbangkan rencana pelaksanaan pembelajaran tatap muka di tengah terjaidnya tren peningkatan Covid-19 di daerah itu.
Sementara, Kepala Kejaksaan Negeri Majene Nur Surya menyarankan agar dilakukan inovasi dalam pembelajaran, dengan tetap dilakukan secara daring.
"Perlu di pertimbangkan segala kendala termasuk masalah sarana dan prasarana seperti paket data," kata Nur Surya.
Sedangkan Penjabat Sekretaris Kabupaten Majene Masriadi Nadi Atjo yang yang baru saja dinyatakan sembuh dari Covid-19 bergejala mengatakan, "Coronavirus Disease 2019" itu menyerang paru-paru manusia.
"Akan sangat menghawatirkan jika anak-anak usia sekolah harus mengalami hal buruk akibat Covid-19. Sebagai orang tua murid, saya menilai pembelajaran secara daring tidak efektif namun hal tersebut pilihan terbaik dari pada penempatkan anak anak dalam situasi bahaya," terang Masriadi.