Ahad 27 Dec 2020 16:10 WIB

Masih Banyak ODGJ Dipasung di Tasikmalaya

Yadi kecil masih bisa bergaul dengan normal.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Muhammad Fakhruddin
Petugas mengevakuasi sejumlah pasien ODGJ di Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (26/12). Berdasarkan data Puskesmas Cipatujah, terdapat 150 kasus ODGJ di wilayah itu. Sebanyak enam orang di antaranya dipasung oleh keluarganya.
Foto:

Mantan Guru Berakhir di Kamar Pasung

Tak jauh dari tempat Endang memasung Yadi, tepatnya di Desa Padawaras, kecamatan yang sama, terdapat seorang ODGJ mengalami pemasungan. ODGJ itu bernama Omay (52) atau yang lebih senang dipanggil Putri. Nasib Putri tak jauh berbeda dengan Yadi. Sejak tiga bulan terakhir ia dipasung oleh keluarganya karena memiliki gangguan kejiwaan.

Tempat pasung Putri lebih mirip kandang kambing dibandingkan kamar. Ukurannya hanya sekira 2x3 meter. Dindingya terbuat dari kayu, dengan alas hanya kasur tipis untuk tempatnya tidur. Tak ada pintu di tempat itu. Satu-satunya jalan keluar dari ruangan pemasungan itu hanya jika dinding kayu yang ada dibongkar. Makan, tidur, buang air, dilakukan Putri di tempat itu.

Ketika Republika mendatangi tempat pemasungan Putri, nyamuk-nyamuk datang menerjang. Wajar saja, tempat itu terletak di kebun. Dapat dibayangkan seperti apa Putri menjalani hari-harinya di tempat itu.

Saat melihat orang datang, Putri selalu merajuk ingin keluar. Ia ramah dan tak mengamuk. Hanya minta keluar dari tempat pemasungannya. "Putri mau keluar. Putri gak mau direhabilitasi," kata dia.

Putri merupakan seorang mantan guru di Jakarta. Ia juga merupakan sarjana pendidikan. Entah apa penyebab perempuan itu menjadi OGDJ. Namun, ketika diajak bicara, ia masih bisa menanggapi meski omongannya tak selalu merespon inti pembicaraan. 

Kepala Desa Padawaras, Yayan Siswandi menyebut, sudah tiga bulan terakhir Putri dipasung di tempat itu. Alasannya bukan karena membahayakan atau meresahkan warga sekitar, melainkan Putri sering bepergian tak terkendali. Bahkan, pernah Putri berpergian seorang diri ke Jakarta.

"Dipasung itu karena suka jalan-jalan. Keluarga kan capek nyarinya. Jadinya kasihan keluarganya," kata dia.

Ia mengatakan, saat ini Putri hanya tinggal dengan saudara-saudaranya. Sementara seluruh saudaranya memiliki pekerjaan masing-masing. Karena itu, tak ada jalan lain untuk merawat Putri selain dipasung. "Meresahkan mah tidak, tapi keluarga kasihan. Dipasung itu atas kesepakatan keluarga. Saya larang juga keluarga sendiri yang repot," kata dia.

Menurut dia, penyakit Putri itu "datang-datangan". Kadang sembuh, kadang kembali kumat. Pihak desa sudah pernah membawa Putri ke panti rehabilitasi di Kota Tasikmalaya. Setelah dibawa ke panti itu, Putri sempat kembali "normal" dan pulang ke rumahnya. Namun tak lama, gejala penyakitnya kembali muncul. 

"Saya terus konsultasi sama petugas puskesmas. Jadi mereka yang sakit kita bantu persyaratannya, agar bisa dibawa ke rumah sakit," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement