REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hamzah Haz mengaku khawatir dengan perolehan suara partainya dalam beberapa pemilu terakhir. Bahkan, Hamzah mengaku khawatir kalau PPP bakal 'hilang' pada Pemilu 2024.
"Saya di sini katakan kalau ini tidak dikelola sungguh-sungguh bisa nanti Pemilu 2024 bisa hilang PPP," ujar Hamzah Haz dalam pidato penutupan Muktamar IX, Ahad (20/12).
Ia mengatakan penurunan perolehan suara itu diperparah ketika dua ketua umumnya terjerat kasus korupsi. "Setelah itu terjadi penurunan-penurunan yang cukup membuat galau," ujar dia.
Ia menceritakan kejayaan PPP pada Pemilu 2004 yang bertengger di posisi tiga, di bawah PDIP dan Partai Golkar. Saat itu, partai berlambang kakbah itu meraih sebanyak 58 kursi di legislatif.
"Alhamdulillah Pemilu 1999 sampai 2004 kita itu mendapatkan 58 kursi. Kita nomor tiga, PDIP, Golkar, dan PPP," ujar Hamzah Haz.
Perolehan kursi legislatif menurun dari 58 menjadi 38 kursi pada Pemilu 2009. Saat itu, PPP dipimpin oleh mantan menteri agama Suryadharma Ali.
Suara PPP semakin menurun kala pimpinan partai terjerat kasus korupsi. Hingga puncak "bencana" terjadi pada Pemilu 2019, saat PPP hanya memperoleh 19 kursi DPR.
Menghadapi Pemilu 2024, PPP akan dipimpin oleh Suharso Monoarfa. Suharso terpilih secara aklamasi sebagai ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) periode 2020-2025.
Suharso menekankan pentingnya persatuan dalam partai. Dengan persatuan itu, kata Suharso, bukan tak mungkin PPP akan kembali mengalami kejayaan seperti pada pemilihan umum (Pemilu) 1999 yang meraih 11 juta suara.
"Kita harus dapat mencapai angka 15 juta. Luar biasa 15 juta," ujar Suharso.