REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengungkap ada perbedaan keterangan anggota keluarga dengan pihak dokter yang melakukan autopsi terhadap enam jenazah anggota laskar Front Pembela Islam (FPI) yang tewas dalam bentrokan di KM 50 Tol Jakarta Cikampek, Senin (7/12) dini hari. Komnas HAM masih memintai keterangan pihak terkait.
"Pasti tidak ada kesamaan," kata Anam di Gedung Komnas HAM, Jakarta Pusat, Kamis (17/12).
Anam menyebut, perbedaan itu berkaitan dengan kondisi jenazah yang diterima keluarga dengan kondisi saat diautopsi dokter. "Salah satunya jamnya, tubuhnya. Jadi kalau misalnya jamnya antara mayat, atau jenazah yang umurnya satu jam dengan yang umurnya satu hari pasti jenazahnya berbeda, posisinya berbeda, apakah sudah keluar lebam mayat ataukah tidak pasti berbeda," terang Anam.
Kedua, terkait kondisi tubuh. Bila di dalam tubuh terdapat banyak kandungan makanan tertentu yang mempengaruhi nutrisi, gizi, situasi, alam dan sebagainya itu akan memengaruhi model dan perubahan-perubahan di jenazah.
"Oleh karenanya memang kalau ditanya apakah ada perbedaan antara satu dengan yang lain, harusnya berbeda, kalau tidak berbeda malah aneh," tutur Anam.
Dari keterangan tim dokter, lanjut Anam Komnas HAM jika mendapatkan informasi keterangan kondisi jenazah, dalam posisi awal dan posisi akhir. Salah satunya terkait jumlah lubang peluru pada tubuh korban.
"Kami ditunjukkan detail (posisi peluru) karena kami minta, ditunjukkan foto pertama kali sebelum tindakan. Kami ditunjukkan foto pertama kali sebelum tindakan dan itu adalah posisi paling penting, sehingga memang ya itu menunjukkan originalitas," ujar Anam.
"Kalau tadi tanya berapa jumlah lubangnya, di situlah kami mengetahui berapa lubang, bagaimana kondisi jenazahnya dan sebagainya. Ini semuanya kami ucapkan terima kasih karena keterbukaan teman-teman kedokteran," ujar Anam, menambahkan.
Namun, Anam mengaku belum bisa mengungkap jumlah lubang peluru yang ditemukan oleh tim investigasi Komnas HAM. "Kami tidak bisa menyebutkannya saat ini, karena kami harus mengkonsolidasi lagi data yang kami punya. Kan datanya ini tidak dari satu pihak, " ujarnya.
DPP FPI dalam pernyataan resmi pekan lalu juga membeberkan tentang kondisi enam jenazah setelah diserahkan dari RS Polri. Dalam pernyataan resmi tersebut, dikatakan kondisi enam jenazah yang tak ada bekas luka tembakan di bagian pelumpuhan untuk tetap hidup.
Munarman, pun pernah menerangkan kondisi keenam jenazah tersebut, terdapat bekas luka tembakan minimal dua lubang bekas tembakan, di bagian dada yang kentara dari jarak dekat. Munarman mengungkap, dari tubuh keenam jenazah itu, masing-masing terdapat minimal dua lubang bekas tembakan peluru.
"Luka tembaknya ini, semua mengarah ke bagian jantung korban. Dan lebih dari satu tembakan. Satu orang minimal dua tembakan. Ada yang tiga, ada yang empat tembakan. Dan semua tembakan itu, setelah kita lihat secara fisiknya, kita melihat di bagian dada, di jantung," kata Munarman.
Bahkan, pada jenazah, kata Munarman, juga ada bekas luka-luka penyiksaan fisik. “Ada kulit yang mengelupas. Ada luka-luka lecet, dan lebam-lebam. Jadi, ini betul-betul penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan,” terang Munarman.