Rabu 16 Dec 2020 06:15 WIB

Pemilik Bisnis Bali Ungkap Tantangan Aturan Tes PCR

Pemilik bisnis The Keranjang Bali coba bertahan dengan inovasi di tengah pandemi.

Rep: Puti Almas/ Red: Indira Rezkisari
Pemilik The Keranjang Bali, Sally Giovanny, menyatakan keyakinannya pariwisata Bali akan bisa bangkit kembali. Bisnis The Keranjang diakuinya menurun drastis akibat pandemi Covid-19.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pemilik The Keranjang Bali, Sally Giovanny, menyatakan keyakinannya pariwisata Bali akan bisa bangkit kembali. Bisnis The Keranjang diakuinya menurun drastis akibat pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menurunnya jumlah wisatawan yang mengunjungi Bali menyebabkan bisnis dan masyarakat Bali terdampak dalam. Tak terkecuali The Keranjang, pusat oleh-oleh Bali yang biasanya tak pernah sepi.

Pemilik Trusmi Group Sally Giovanny mengatakan The Keranjang, salah satu bisnis yang dikelola olehnya di Bali, telah terdampak secara cukup signifikan. Sejak wabah terjadi di Indonesia pada Maret lalu, pemerintah daerah Bali memberlakukan aturan pembatasan yang membuat sebagian besar bisnis dan pertokoan harus ditutup. The Keranjang sejak saat itu tidak beroperasi hingga lima bulan ke depan.

Baca Juga

“Kami tutup sekitar lima bulan, hingga Agustus dibuka kembali, karena memprioritaskan keamanan dan kenyamanan konsumen, serta karyawan seluruhnya,” ujar Sally kepada Republika, Selasa (15/12).

Selama ditutup, Sally melakukan pembenahan internal untuk The Keranjang agar dapat dibuka kembali di era new normal, yang berarti harus menerapkan protokol kesehatan. Saat dibuka kembali pada Agutus, ia mengakui bahwa bisnis belum bisa berjalan seperti semua, jumlah tamunya menurun otomatis omzet pun turun drastis.

“Jadi kami harus sesuaikan dengan keadaan karena kami tidak bisa ubah keadaan, tapi bisa mengubah respons dengan tetap mau berjuang, bangkit, dan semangat,” jelas Sally.

Sally pada awal dibuka kembali, omzet hanya mencapai 10 persen dari jumlah normal. Perlahan bergerak ke 30 persen, hingga beberapa waktu terakhir hampir mencapai 50 persen.

Dari sana, Sally merasa bahwa telah ada harapan baru bahwa pariwisata Bali bangkit kembali. Bahkan, dengan adanya high season saat musim liburan seperti pada Oktober lalu dan akhir tahun ini, ia semakin optimistis.

“Tapi kemudian ada kabar mengagetkan lagi karena ada aturan wajib tes swab PCR sebagai syarat ke Bali. Saya merasa padahal baru mau jalan lagi tapi ya dengan ini pasti sangat terdampak, beberapa tamu rombongan tur yang sudah mau datang ke The Keranjang batal,” kata Sally.

Sally lebih lanjut mengatakan, diberlakukannya aturan wajib tes swab PCR bagi orang-orang yang berkunjung ke Bali tentu menjadi tantangan bagi para pelaku bisnis wisata di pulau tersebut. Menurutnya, banyak orang yang merasa terbebani dengan metode pengujian tersebut karena sejumlah alasan, di antaranya adalah biaya dan ketidaknyamanan.

Aturan wajib tes PCR sebagai syarat terbang ke Bali secara resmi diberlakukan pada 18 Desember hingga 4 Januari 2021. Wisatawan yang melakukan perjalanan ke Pulau Dewata melalui udara harus menyertakan surat negatif swab berbasis PCR minimal 2x24 jam sebelum keberangkatan, sementara bagi yang melakukan perjalanan darat harus menyertakan rapid tes antigen.

Aturan terbaru yang pasti berdampak secara luas bagi para pelaku bisnis di Bali, tak terkecuali Sally. Ia namun optimistis akan ada jalan terang.

“Alhamdulillah saya di dunia bisnis sudah hampir 15 tahun, jadi saya percaya kita bisa dan harus bertahan dengan inovasi,” jelas Sally.

Sally mengatakan akan berusaha selalu optimistis meskipun kebijakan pemerintah yang ada saat ini mungkin  tidak sesuai dengan keinginan banyak pelaku bisnis. Ia juga terus memberikan motivasi ke banyak UMKM agar jangan merasa putus asa dan terus mempersiapkan diri dengan berbagas peluang bisnis.

“Saya yakin kesuksesan akan datang pada orang-orang yang sudah mempersiapkannya. Kalau kita cuma santai-santai dan rebahan, pas ada peluang kita jadi tidak bisa mengambilnya karena nggak ada persiapan,” ujar Sally.

The Keranjang merupakan destinasi wisata sekaligus pusat oleh-oleh di Bali dengan jargon 'Bali dalam Satu Keranjang'. Para pengunjung dapat menikmati pengalaman belanja yang berbeda, dengan adanya edukasi, hiburan, budaya yang dipadukan dengan teknologi dan berada di satu tempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement