REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Nasyiatul Aisyiyah (NA) Diyah Puspitarini mengatakan selama pandemi kajian dan taklim NA tetap berjalan diberbagai tingkatan, dari pusat, wilayah, daerah, cabang hingga ranting. Namun taklim di masa pandemi digelar secara daring melalui berbagai aplikasi.
"Tentunya dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi seperti Yotube, Zoom, Google Meet hingga kuliah WhatsApp. Teman-teman NA sangat antusias karena mereka bisa tetap mengikuti kajian meskipun di rumah dan terkadang ada yang dengan melakukan kegiatan yg lain,"ujar dia kepada Republika, Selasa (15/12).
Meski online, kajian atau taklim dengan cara tersebut memiliki kelebihan karena bisa dilakukan dengan fleksibel, dimana saja kapan saja, tidak berbiaya tinggi dan terpenting dapat dilakukan sembari beraktivitas lain. Selain itu kajian online ini bisa langsung disimak dengan berbagai fitur sehingga sangat memudahkan bagi yang bisa bergabung.
Namun kajian online tetap memiliki kekurangan karena terkadang mereka yang bergabung tidak terlalu fokus. Kendala lain adalah sinyal yang kurang stabil serta kuota internet yang harus selalu terisi sehingga berdampak pada efektifitas kajian.
Kajian atau taklim online memiliki respon lebih positif. Terbukti bahwa anggota yang hadir untuk taklim online lebih banyak daripada digelar tatap muka secara langsung. "Untuk mengatasi kendala tersebut kami memilih waktu luang ketika mengadakan taklim online sepertu hari Ahad atau hari di jam tidak sibuk seperti sore atau malam hari," ujar dia.
Jika terjadi kendala sinyal, anggota yang bergabung bisa memilih layanan aplikasi yang tidak terlalu berat. Karena biasanya kajian tidak hanya terhubung dengan satu platform saja.
Tak hanya itu, NA berusaha untuk membuat kajian di buat menarik yang berkaitan dengan tema atau isu kekinian. Inilah yang membuat baik anggota maupun masyarakat umum tertarik untuk bergabung.