Sabtu 12 Dec 2020 17:55 WIB

Nilai Spiritual Dapat Menjadi Katalisator dan Pengendali Penyebaran Covid-19

Aspek spiritual dinilai dapat menjadi katalisator dan pengendali Covid-19.

Rep: Vina Anggita (swa.co.id)/ Red: Vina Anggita (swa.co.id)
.
.

Selama 10  bulan lamanya kita berjibaku dengan hidup di tengah pandemi. Namun, belum tampak adanya penurunan kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Aspek spiritual dinilai dapat menjadi katalisator dan pengendali penyebaran Covid-19. Hal tersebut disampaikan sejumlah tokoh agama dalam talkshow 'Agama dan Mitigasi Covid-19' secara virtual di YouTube BNPB, Kamis (10/12/2020).

Ketua Dewan Sangha Walubi, Maha Bhiksu Dutavira Mahastavira mengatakan, upaya manusia dalam mematuhi protokol kesehatan adalah bentuk penghargaan pada berkah Tuhan berupa hidup.

"Para kaum ahli mengajarkan kepada kita 3M, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Kita memakai masker bukan karena takut, tapi kita cerdas menyikapi pandemi ini. Kita pakai masker jangan pernah berpendapat ini ngerepotin, tapi kita percaya takdir harus kita hadapi adanya pandemi virus ini. Berkat dari Tuhan harus kita gunakan untuk berupaya," ujar Bhiksu Dutavira.

Menurutnya, kondisi rohani seseorang menentukan imunitas tubuhnya. Jika orang tersebut selalu stres, marah, jenuh, dan bosan, maka akan menurunkan imunitas tubuh. Oleh karenanya, ia menyarankan untuk selalu membangkitkan hormon gembira ke dalam hati sehingga imun tubuh pun akan semakin kuat.

"Wujudnya kita tekuni keyakinan agama kita, biarkan kita tertidur dalam doa. Dengan demikian rohani kita bisa istirahat. Dengan istirahat, imun kita akan muncul. Kondisi ini memang tida menyenangkan, tetapi pikiran kita harus bisa menyenangkan kita," tambahnya.

Sementara itu, dari sudut pandang agama Katolik, Rohaniawan Katolik, Fransiskus Xaverius Mudji Sutrisno menyampaikan, bahwa hidup adalah anugerah Tuhan sehingga yang harus dihidupkan adalah saling kasih dan peduli. Kasih pada sesama umat beragama dinilainya sebagai salah satu jalan keluar Indonesia bisa bebas dari Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama 10 bulan ini.

"Covid-19 ini virus yang mematikan. Maka di ajaran kami (Katolik), mari bersama-sama kita memviruskan daya hidup, daya peduli. Selalu melihatnya keselamatan orang lain, itu nomor satu. Karena, mencintai sesama itu sama saja mencintai Tuhan dan tentunya mencintai diri sendiri," ujar Mudji.

Menurut Mudji, pemerintah sudah berusaha mengampanyekan protokol kesehatan ini pada masyarakat Indonesia yang beragam. Oleh karena itu, masyarakat pun dihimbau untuk patuh dalam menerapkan protokol kesehatan sehingga pandemi ini dapat segera berakhir.

"Kita bersama-sama harus berani menghadapi pandemi ini dan saling peduli bergandengan tangan sehingga pengorbanan dari para tenaga medis tidak menjadi sia-sia. Untuk itu, mari kita bersama-sama patuhi protokol kesehatan," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Dewan Pakar PW ISNU Gorontalo, Muhammad Makmun Rasyid menyampaikan, ada dua faktor yang dihadapi umat muslim. Pertama bagaimana mengaplikasikan ketakutannya kepada Allah dan peribadatan terlaksana dengan baik.

Makmun menyebut, banyak umat Islam yang masih salah menyerap dan mengambil pelajaran penting di dalam agama bahwa ketakutan kepada Allah memiliki jalan keluar ketika ada situasi yang tidak memungkinkan.

"Makannya ada aspek pengecualian, jadi umat Islam tidak bisa memaksakan kehendak dirinya untuk membangun hubungan virtual dengan Tuhan Yang Maha Kuasa tapi melupakan aspek kemanusiaan. Sebab, Tuhan telah memberikan alternatif yang begitu canggih dan sesuai dengan kemampuan dan tabiat kemanusiaan," ujarnya.

Oleh karena itu, kata dia, semua upaya dan aturan dari pemerintah sudah sesuai dengan kepentingan agama dan kepentingan negara. "Jangan sampai kita sibuk melakukan dan memupuk pahala, tetapi kita lupa memupuk rajutan hubungan kemanusiaan. Satu hilangnya nyawa, itu artinya sama saja dengan menghentikan lajunya pergerakan dakwah dan kasih sayang serta welas asih di muka bumi ini," tutur Makmun.

Sebelumnya, Satgas Covid-19 menyebut bahwa para tokoh keagamaan dapat berfungsi sebagai aktor sosial yang bisa mempengaruhi masyarakat. Tokoh agama dapat memastikan informasi terkait pencegahan Covid- 19 dapat dipahami dan diaplikasikan dengan baik oleh masyarakat.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement