Selasa 08 Dec 2020 00:02 WIB

Bukti Voice Note Buat Polisi Yakin Serangan FPI Direncanakan

"Dari VN (voice note) itu nyata sekali bagaimana perencanaannya," kata Tubagus.

Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran (kanan) bersama Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman (tengah) memperlihatkan barang bukti saat konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (7/12). Konferensi pers tersebut membahas terjadinya kasus penyerangan terhadap sepuluh anggota kepolisian oleh pengikut MRS di ruas jalan tol Jakarta-Cikampek KM 50, Senin (7/12) dini hari. Pada peristiwa tersebut kepolisian terpaksa melakukan tindakan tegas dan terukur yang menyebabkan enam pengikut MRS tews ditembak. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran (kanan) bersama Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman (tengah) memperlihatkan barang bukti saat konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (7/12). Konferensi pers tersebut membahas terjadinya kasus penyerangan terhadap sepuluh anggota kepolisian oleh pengikut MRS di ruas jalan tol Jakarta-Cikampek KM 50, Senin (7/12) dini hari. Pada peristiwa tersebut kepolisian terpaksa melakukan tindakan tegas dan terukur yang menyebabkan enam pengikut MRS tews ditembak. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ali Mansur, Rizky Suryarandika, Antara

Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum Komisaris Besar Polisi Tubagus Ade Hidayat menuding penyerangan terhadap polisi oleh terduga simpatisan Habib Rizieq Shihab (HRS) pada Senin (7/12) dini hari di Tol Jakarta-Cikampek KM 50, sudah direncanakan. Hal itu, menurutnya, terungkap melalui bukti rekaman suara (voice note) hasil percakapan simpatisan HRS.

Baca Juga

“Dari VN (voice note) itu nyata sekali bagaimana perencanaannya, bagaimana yang bersangkutan sudah tahu itu mobil polisi kemudian dipancing dan dipepet,” terang Tubagus saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (7/12).

Selain itu, menurut Tubagus, membantah petugas di lapangan yang menembak mati enam orang itu bertindak di luar prosedur. Sebab, diklaim jumlah aparat lebih sedikit dibanding simpatisan HRS dan mereka disebut lebih dulu mendapat perlawanan yang bisa membahayakan keselamatan nyawa.

“Sudah tahu itu adalah mobil Polri dan itu (kami) tidak melakukan apa pun tapi dilakukan proses penyerangan,” tutur Tubagus.

Tubagus mengaku, petugas kepolisian awalnya hanya ingin membuntuti mobil yang diduga berkaitan dengan pengerahan massa HRS, tanpa melakukan penindakan. Namun, terpaksa bertindak, karena ada dua mobil dari simpatisan HRS yang mendesak ke arah mobil aparat.

Kemudian terkait dalih FPI bahwa rombongan hendak pergi menghadiri pengajian, Tabagus mengaku tidak mengerti secara tiba-tiba aparat diserang, bahkan ditodong senjata tajam dan senjata api.

“Kalau memang mau pergi pengajian pergi saja pengajian kita juga tidak melakukan apapun. Faktanya kita diserang,” ucap Tubagus.

Sekretaris Umum FPI Munarman mengaku tengah menghimpun kiriman voice note keenam pengawal HRS yang isinya berupa rekaman percakapan dalam insiden pengadangan. "Ada voice note laskar yang tertembak. Kita tahu bahwa mereka enam orang laskar yang syahid ini wafat baru tahu dari pengumuman (polisi)," ujar Munarman.

Munarman menyebut identitas mereka yaitu Faiz, Ambon, Andi, Reza, Luthfi dan Kadafi. Keenam orang tersebut anggota laskar FPI DKI Jakarta.

"Sekali penembakan mengenai satu laskar, dan voice note-nya sampai ke mobil lain. Mobil lain menyelamatkan diri. Satu mobil diadang, satu mobil kalau ada tembak-menembak dihajar oleh satunya. Jadi tidak ada penggunaan diksi tembak-menembak," ungkap Munarman.

Munarman menyebut enam laskar pengawal HRS hilang dalam insiden itu. Mereka tidak berada di lokasi kejadian setelah dicek oleh tim FPI. Karena itu, ia meragukan jika sempat terjadi insiden adu tembak.

"Kenapa kami mengatakan laskar kami hilang? Kami tidak tahu di mana mereka dibunuh dan dibantai. Kalau tembak-menembak mereka tewas di tempat dong. Saya suruh cek. Mereka tidak ada jenazah di situ. Yang ada aparat setempat di pintu tol Karawang Timur," kata Munarman.

Munarman juga mendapati keenam ponsel laskar yang terlibat insiden itu tidak ada yang aktif. Tim FPI sudah mencoba mencari mereka di sekitar lokasi hilang, namun tanpa hasil. Pencarian FPI di sejumlah rumah sakit juga belum membuahkan hasil.

"Kita cari ke mana-mana enggak ada. Karena kita anggap itu orang hilang. Dan ada pengumuman (dari Polda Metro Jaya) yang mengatakan fitnah itu tembak-menembak," ujar Munarman.

Hingga saat ini, FPI masih berusaha mencari keenam anggota laskar yang hilang itu. Jika mereka meninggal, FPI juga belum tahu jenazahnya berada di mana.

"Kita tahu bahwa mereka enam orang laskar yang syahid ini wafat baru tahu dari pengumuman. Itu yang perlu saya sampaikan. Sampai hari ini kita belum dapat info. Ini menunjukkan bahwa enam jenazah ini dalam kontrol dan kendali penuh (polisi)," ungkap Munarman.

Dikonfirmasi terpisah, dokter forensik Arif Wahyono menginformasikan enam jenazah pengikut HRS yang tewas di KM 50, Tol Jakarta-Cikampek, Senin (7/12) dini hari, berada di Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

"Iya (enam jenazah di RS Polri)," kata Arif melalui pesan singkat, Senin.

Namun, Arif tidak berkomentar lebih jauh terkait penanganan tim forensik terhadap keenam jenazah tersebut. Sementara itu, kemarin, sejumlah aparat berseragam TNI AD berikut satu unit panser bersiaga di sekitar pelataran parkir Gedung Promoter RS Polri sejak sore hari.

Panser tiba di RS Polri Kramat Jati pukul 14.30 WIB lalu parkir di bagian Gedung Rawat Inap Utama. Di waktu yang sama sedikitnya dua truk Batalyon Kavaleri mengangkut puluhan personel bersenjata lengkap terparkir depan Gedung Promoter.

photo
Habib Rizieq Shihab - (republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement