Selasa 08 Dec 2020 02:01 WIB

Aceh Prioritas Bangun Lumbung Pangan pada 2021

Rencana pembangunan lumbung pangan semula ditargetkan tahun ini.

 Seorang petani menanam padi di sawah di Banda Aceh, Indonesia, 06 November 2020. Dinas Pangan Aceh menyatakan pihaknya memprioritaskan pembangunan lumbung pangan pada 2021 di sejumlah kabupaten/kota provinsi setempat.
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Seorang petani menanam padi di sawah di Banda Aceh, Indonesia, 06 November 2020. Dinas Pangan Aceh menyatakan pihaknya memprioritaskan pembangunan lumbung pangan pada 2021 di sejumlah kabupaten/kota provinsi setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Dinas Pangan Aceh menyatakan pihaknya memprioritaskan pembangunan lumbung pangan pada 2021 di sejumlah kabupaten/kota provinsi setempat. Upaya ini dilakukan supaya komoditas pangan Aceh tidak langsung dikirim keluar daerah pascapanen.

"Kita rencana membangun lumbung pangan ini tahun 2020, karena refocusing (anggaran) untuk Covid-19 jadi semua dipotong. Jadi kita programkan kembali pada 2021, prioritas kita membangun lumbung pangan dan lantai jemur," kata Kepala Dinas Pangan Aceh Cut Yusminar di Banda Aceh, Senin (7/12).

Baca Juga

Menurut dia, lumbung pangan lengkap dengan lantai jemur itu hanya berkapasitas kecil, yang diperuntukkan bagi kelompok tani di desa-desa agar dapat menjemur lalu menyimpan langsung pascapanen.

"Daerah yang direncanakan akan dibangun lumbung pangan target tahun 2021 seperti Aceh Tenggara, Bener Meriah, Aceh Tengah dan Aceh Utara," kata Cut Yusminar.

Dia menjelaskan selama ini pihaknya mendapati banyak komoditas pangan Aceh setelah dipanen langsung kirim ke Medan, Sumatera Utara. Hal itu karena daerah Tanah Rencong itu tidak memiliki tempat penyimpanan dan mesin pengering gabah (dryer) yang cukup.

"Kenapa kita fokus kesitu karena selama ini padi kita ketika panen dibawa ke Medan. Alasan petani enggak cukup lantai jemur, alasan enggak ada gudang tempat penyimpanan, jadi kita prioritaskan itu," katanya.

Apalagi, Cut menambahkan, kini proses panen padi sudah menggunakan mesin pemanen (combine harvester) yang dapat menghasilkan sekitar 50 ton gabah per hari, namun kondisi pabrik padi di Aceh tidak semuanya memiliki drayer.

"Kita di Aceh ada beberapa drayer tapi pun terbatas, hanya pabrik besar. Kalau pabrik kecil enggak ada. Kalau di Medan bisa sampai 20 ton sekali dimasukkan ke pengeringan," katanya.

Jadi setelah panen jika kita disimpan maka kualitas padi akan menurun, karena padi basah, bisa kuning dan bau, maka dikirim lah ke Medan, karena kita enggak ada tempat penyimpanan, katanya lagi.

Nantianya, kata dia, lumbung pangan tersebut dapat digunakan oleh kelompok tani sesuai dengan komoditas unggulan di setiap daerah mulai dari jagung, kacang kuning, cabai, bawang dan komoditas lainnya.

"Jadi (tahun) kemarin sudah banyak kita bangun lumbung pangan di daerah pesisir Timur, maka tahun depan kita bangun daerah Aceh bagian Tengah, karena ini tidak hanya untuk padi saja, petani juga perlu untuk jagung, bawang merah, cabe dan lainnya," kata Cut.

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement