Rabu 25 Nov 2020 08:44 WIB

Ini Alasan Edhy Prabowo Kunjungi AS

Edhy ditangkap KPK sepulangnya dari kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS).

Rep: Dian Fath Risalah, Muhammad Nursyamsi/ Red: Andri Saubani
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo menyampaikan pidato usai menyerahkan bantuan kepada nelayan di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (27/1/2020).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo menyampaikan pidato usai menyerahkan bantuan kepada nelayan di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (27/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo diamankan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Bandara Soekarno Hatta pada Rabu (25/11) dini hari WIB. Edhy ditangkap sepulangnya dari kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS).

"Benar KPK tangkap, terkait ekspor Benur, tadi pagi jam 01.23 di Soeta. Ada beberapa dari KKP dan keluarga yang bersangkutan (Edhi Prabowo)," kata Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron, Rabu (25/11).

Baca Juga

Berdasarkan keterangan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kamis (19/11) pekan lalu, Edhy bertolak ke AS untuk memperkuat kerja sama bidang kelautan dan perikanan dengan salah satu lembaga riset di negara adidaya tersebut. Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Luar Negeri KKP, Agung Tri Prasetyo mengatakan kerja sama ini dalam rangka mengoptimalkan budidaya udang secara berkelanjutan di Indonesia.

Edhy akan mengunjungi Oceanic Institute (OI) di Honolulu, Negara Bagian Hawaii. OI merupakan organisasi penelitian dan pengembangan nirlaba yang fokus pada produksi induk udang unggul, budidaya laut, bioteknologi, dan pengelolaan sumber daya pesisir secara berkelanjutan. Lembaga ini afiliasi dari Hawai'i Pacific University (HPU) sejak 2003.

"Selasa malam Pak Menteri bersama pendamping bertolak dan transit dulu di Korea Selatan. Alhamdulillah telah tiba di Los Angeles untuk transit menjalani tes PCR/swab sebagai syarat wajib masuk Hawaii," ujar Agung di Jakarta, Kamis (19/11).

Sekretaris Jenderal KKP Antam Novambar mengatakan, KKP memilih menjalin kerja sama dengan OI dengan target adanya transfer teknologi serta pendampingan teknis di bidang genetika udang dari OI. KKP juga berharap mendapatkan grand parent stock (GPS) vaname yang dapat menghasilkan induk-induk unggul.

"Dengan adanya transfer teknologi dalam menghasilkan induk udang unggul, artinya kita dapat mengurangi ketergantungan dari induk udang impor," ucap Antam.

Melalui kerja sama dengan OI, sambung Antam, rencana KKP membangun broodstock center modern berskala internasional termasuk fasilitas Nucleus Breeding Center juga bisa lebih mudah. Sebab dibutuhkan para ahli untuk membantu baik dari segi ilmu genetika dan desain broodstock center.

"Dengan aplikasi teknologi tepat guna dan modern, harapannya budidaya udang Indonesia bisa unggul. Bahkan kita bisa mengekspor indukan udang ke negara yang membutuhkan," sambung Antam.

Antam menjelaskan, pengembangan budidaya udang nasional adalah arahan langsung Presiden Joko Widodo saat menunjuk Edhy Prabowo menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Sehingga, kerja sama dengan OI menjadi salah satu upaya Menteri KKP menjawab arahan tersebut.    

"Merujuk arahan Presiden kepada Pak Menteri untuk pengembangan budidaya udang vaname, nah ini salah satu upaya ke sana. Untuk pengembangan budidaya di Indonesia, kita perlu kerja sama dengan para ahli," kata Antam.

Kunjungan kerja Menteri Edhy di Amerika Serikat berlangsung selama tujuh hari termasuk waktu perjalanan. Turut dalam kunjungan ini Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto, Plt. Dirjen Perikanan Tangkap Muhammad Zaini Hanafi dan Direktur Pemantauan dan Operasi Armada Ditjen PSDKP Pung Nugroho Saksono. Selain mengunjungi OI, Menteri Edhy akan bertemu dengan ABK asal Indonesia yang bekerja di Honolulu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement