Selasa 24 Nov 2020 21:31 WIB

Epidemiolog: Pemerintah Harus Konsisten Pantau Prokes Warga

Indonesia belum aman karena belum dapat menurunkan kasus harian.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Ani Nursalikah
Epidemiolog: Pemerintah Harus Konsisten Pantau Prokes Warga. Sejumlah pengendara sepeda motor berhenti di ruang henti yang diberi tanda jaga jarak di kawasan Jalan Wahid Hasyim Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (24/11/2020). Polres dan Dinas Perhubungan Kabupaten Jombang memberikan tanda jarak tersebut untuk membatasi jarak antarpengendara guna mencegah penyebaran COVID-19.
Foto: SYAIFUL ARIF/ANTARA
Epidemiolog: Pemerintah Harus Konsisten Pantau Prokes Warga. Sejumlah pengendara sepeda motor berhenti di ruang henti yang diberi tanda jaga jarak di kawasan Jalan Wahid Hasyim Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (24/11/2020). Polres dan Dinas Perhubungan Kabupaten Jombang memberikan tanda jarak tersebut untuk membatasi jarak antarpengendara guna mencegah penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani mengatakan peningkatan kasus Covid-19 dipicu oleh beberapa kegiatan yaitu kegiatan kerumunan baik dari libur panjang maupun kerumunan Pilkada 2020 dan Habib Rizieq Shihab (HRS). Pemerintah harus memantau masyarakat secara konsisten dan ketat.

"Iya memang rata-rata harian kasus di Indonesia masih sekitar 4.000 kasus. Ini yang membuat fasilitas kesehatan menjadi penuh termasuk rumah sakit sampai antrean di IGD di beberapa tempat. Peningkatan ini terjadi karena banyak kegiatan berkerumun seperti saat libur panjang dan sebagainya," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (24/11).

Baca Juga

Ia melanjutkan Indonesia belum aman karena belum dapat menurunkan kasus harian. Seharusnya hal ini menjadi fokus pemerintah untuk berusaha keras dalam pengendalian penyebaran kasus Covid-19.

Ia menambahkan potensi kerumunan atau pelanggaran protokol kesehatan harus diidentifikasi dan dicegah agar tidak meningkatkan kasus. Ini yang juga harus diketahui masyarakat kalau saat ini semua pihak sedang berjuang keras dengan pandemi Covid-19 yang bisa dikatakan belum terkendali di Indonesia.

"Sehingga protokol kesehatan menjadi wajib pada masa-masa sekarang ini dan bukan menjadi pilihan untuk melakukan 3M. Artinya, 3M harus diterapkan sepenuhnya dan jangan merasa sudah pakai masker kerumunan bisa dilakukan. Ini yang juga akan mempersulit penurunan kasus Covid-19," kata dia.

Sebelumnya, penularan virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) di Indonesia masih terjadi, bahkan tembus 500 ribu per Senin (23/11). Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menganalisis, lonjakan kasus Covid-19 terjadi akibat beberapa momen dan peristiwa, termasuk libur panjang 28 Oktober-1 November lalu.

"Saya analisis, setiap sehabis libur panjang kemarin, apalagi sehabis demonstrasi, kemudian kerumunan-kerumunan lain termasuk pernikahan menambah kasus, sehingga tembus 500 ribuan," kata Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Slamet Budiarto saat dihubungi, Selasa (24/11).

Dia mengatakan, setiap kerumunan mengakibatkan kemungkinan besar kasus Covid-19, naik. Walau memakai masker wajah, masyarakat yang tetap berkumpul juga bisa tertular virus karena masker tidak 100 persen melindungi. 

Dia menjelaskan, efektivitas masker bedah hanya 80-90 persen, sementara masker kain hanya 50-60 persen. "Artinya, masker tidak efektif ketika berkerumun," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement