Rabu 25 Nov 2020 03:00 WIB

Hanya 17,35 Persen Perpustakaan Indonesia yang Terakreditasi

Jumlah perpustakaan di Indonesia saat ini mencapai 2.057 perpustakaan.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
(Foto: Ilustrasi perpustakaan)
Foto: Pixabay
(Foto: Ilustrasi perpustakaan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 telah mengukuhkan sudut pandang mengenai konsep revolusi industri 4.0 sebagai bagian penting dalam kehidupan, salah satunya mendukung aktivitas dalam upaya penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan khususnya di perpustakaan perguruan tinggi.

Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas, Deni Kurniadi mengatakan paradigma perpustakaan sudah berubah dari sekadar melayani ke pemustaka menjadi konsep yang memberdayakan masyarakat, dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup sampai pada peningkatan ekonomi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi atau digital.

Baca Juga

"Saat ini, kondisi perpustakaan perguruan tinggi memiliki berbagai kendala. Di antaranya, status kelembagaan perpustakaan yang belum sesuai Standar Nasional Perpustakaan (SNP) dan akses perpustakaan yang belum merata, sehingga belum semua civitas akademika menikmati layanan perpustakaan," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (24/11).

Untuk menjamin penerapan standar diperlukan penilaian kesesuaian melalui akreditasi atau sertifikasi. Dari jumlah perpustakaan perguruan tinggi yang mencapai 2.057 perpustakaan, jumlah perpustakaan perguruan tinggi yang terakreditasi baru mencapai 357 perpustakaan atau 17,35 persen.

Sementara Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi Perpusnsas, Nurcahyono menambahkan, keberadaan perpustakaan perguruan tinggi memiliki kontribusi besar dalam membangun masyarakat berpengetahuan untuk menumbuhkan tradisi dan budaya baca di dalam masyarakat. Hal ini selaras dengan visi Indonesia 2045 yang menuntut SDM berkualitas, produktif, serta menguasai teknologi.

“Bisa tercapai apabila kita melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal, serta menemukan inovasi baru dan kreativitas lain dalam layanan, terutama dalam masa pandemi saat ini,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Nurcahyono mengatakan, sekarang ini terjadi darurat pendidikan karena pandemi Covid-19 yang belum tuntas dan berimbas pada kualitas dan kuantitas pendidikan. Maka itulah perpustakaan hadir untuk memberikan solusi.

“Dengan kondisi Covid-19, justru menjadi tantangan bagi tenaga perpustakaan untuk meningkatkan layanan kita untuk menunjang darurat pendidikan ini, sehingga kualitas pendidikan menjadi meningkat,” ujarnya.

Kepala UPT Perpustakaan Universitas Indonesia, Utami Budi Rahayu Hariyadi mengatakan, penting bagi pustakawan memiliki soft skill untuk menunjang pekerjaannya. "Seperti kemampuan untuk mendengarkan yang dikemukakan oleh pemustaka dengan aktif serta keterampilan berkomunikasi yang baik," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement