Sabtu 14 Nov 2020 05:12 WIB

FKUI: Sebagian Masyarakat Belum Teredukasi Covid-19

Prof Ari meminta masyarakat tidak bosan mematuhi prokes pencegahan Covid-19.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Muhammad Fakhruddin
FKUI: Sebagian Masyarakat Belum Teredukasi Covid-19. Sejumlah pelajar memberikan masker kepada warga saat Kampanye Penggunaan Masker di Terminal Cicaheum, Kota Bandung, Selasa (3/11). Kampanye tersebut sebagai ajakan kepada masyarakat untuk membiasakan diri memakai masker agar terhindar dari penularan Covid-19. Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
FKUI: Sebagian Masyarakat Belum Teredukasi Covid-19. Sejumlah pelajar memberikan masker kepada warga saat Kampanye Penggunaan Masker di Terminal Cicaheum, Kota Bandung, Selasa (3/11). Kampanye tersebut sebagai ajakan kepada masyarakat untuk membiasakan diri memakai masker agar terhindar dari penularan Covid-19. Foto: Abdan Syakura/Republika

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam menyayangkan belum efektifnya kampanye pemerintah mengenai Covid-19. Prof Ari menyebut sebagian masyarakat masih belum paham Covid-19 walau pandemi telah berlangsung hampir setahun.

Wabah Covid-19 telah melanda Indonesia sejak Maret 2020 tak jauh beda dengan negara lain di dunia. Namun sebagian pihak masih belum percaya kehadiran Covid-19 sebagai suatu ancaman kesehatan. Yang paling ekstrem bahkan menyebut Covid-19 hanya rekayasa belaka.

"PR kita banyak walau pandemi sudah delapan bulan masih ada masyarakat yang belum teredukasi dengan baik sehingga tidak laksanakan prokes (protokol kesehatan) dengan tepat atau mereka jenuh (dengan prokes) juga ada," kata Prof Ari pada Republika, Jumat (13/11).

Prof Ari meminta masyarakat tidak bosan mematuhi prokes pencegahan Covid-19 mencakup mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker (3M). Langkah itu ialah upaya agar diri sendiri tidak terjangkit atau bahkan menularkan Covid-19 pada orang lain.

Prof Ari menilai saat sebagian masyarakat bosan mematuhi prokes maka edukasi yang dilakukan pemerintah terkesan gagal. Padahal bosan atau pun tidak, penerapan prokes menjadi harga mati.

"Kalau pemahaman mereka baik sejenuh apapun tetap mau laksanakan (prokes). Kalau pemahaman rendah, Covid dianggap tidak bahaya atau tidak mungkin tertular, itu maka pemahaman belum sampai," ujar Guru Besar Ilmu Kedokteran Penyakit Dalam itu.

"Kalau pemahamannya sampai dia dalam kondisi apapun akan patuh (prokes)," pungkas Prof Ari. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement