REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Associate LP3ES Tomi Satryatomo menyampaikan bahwa Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi dua pihak yang paling banyak menerima citra positif dari Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker). Hal itu berdasarkan hasil riset percakapan atau big data di media sosial sejak 3 hingga 13 Oktober 2020.
“Partai Demokrat memperoleh favorabilitas tertinggi dengan popularitas yang juga besar. PKS paling populer, tapi favorabilitasnya di bawah Partai Demokrat,” ujar Tomi dalam diskusi yang digelar oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Ahad (18/10).
Akun resmi dari kedua partai juga mendapatkan atensi yang masif dari warganet perihal penolakan Demokrat dan PKS atas disahkannya UU Cipta Kerja. Beberapa nama yang muncul seperti Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid (HNW).
“Kehadiran akun-akun politisi dan institusi penolak RUU menunjukkan mereka melakukan fungsi edukasi (penolakan), dengan posisi sebagai influencer. Sebagai sumber informasi dan mempengaruhi narasi akun lain,” ujar Tomi.
Namun, ada narasi yang berbeda dari warganet kepada kedua partai tersebut pada 3 hingga 13 Oktober 2020. Tomi mengatakan, penolakan UU Cipta Kerja yang dikaitkan dengan PKS di media sosial adalah berbasis agama. Sedangkan untuk Demokrat lebih bersifat umum.
“Kepercayaan dan harapan publik terdeteksi pada klaster ini (penolak UU Cipta Kerja). Harapan pada Partai Demokrat lebih besar ketimbang PKS,” ujar Tomi.
Adapun, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golkar paling disorot negatif oleh warganet di media sosial terkait UU Cipta Kerja. Golkar menjadi pihak yang paling banyak menerima makian oleh warganet perihal pengesahan UU Cipta Kerja. Dalam analisis emosional di media sosial, ekspresi kemarahan yang paling banyak diterima oleh partai yang dipimpin oleh Airlangga Hartarto itu.
Berbeda dengan PDIP, di mana ekspresi kemarahan di media sosial tak semasif Golkar. Tetapi, partai berlambang banteng itu justru dikaitkan dengan kata kunci lain, seperti asing, palu, dan Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah.
“Baik PDIP dan Golkar muncul ekspresi kemarahan, kekagetan, dan rasa tak percaya. Kita bisa melihat betapa marahnya netizen kepada kedua partai politik ini di media sosial,” ujar Tomi.