REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia perlu merogoh kocek hingga Rp 3,7 triliun untuk membayar uang muka (DP) pemesanan vaksin buatan AstraZeneca, produsen farmasi asal Inggris. Total pesanan yang diteken pemerintah adalah 100 juta dosis vaksin seharga 500 juta dolar AS atau lebih dari Rp 7 triliun. Dari angka tersebut, pemerintah harus mengamankan pesanan dengan membayar 50 persen dari seluruh pesanan atau sekitar Rp 3,7 triliun.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, pembayaran uang muka atau down payment sudah diatur dalam Perpres 99 tahun 2020 tentang vaksinasi Covid-19. DP, kata dia, memang perlu dibayarkan untuk pembelian vaksin yang masih dalam tahap uji klinis alias belum bisa diproduksi.
Dana pembelian vaksin pun sudah dianggarkan dalam APBN melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN). "Sekarang Menkes maupun Menteri BUMN sedang negosiasi final dengan AstraZeneca dan kita menyiapkan untuk pengadaan 100 juta (dosis) dan untuk itu diperlikan down payment sebesar 50 persen atau 250 juta dolar AS," ujar Airlangga dalam keterangan pers usai rapat terbatas, Senin (12/10).
Pemerintah sendiri telah mengamankan pasokan 270 juta dosis vaksin Covid-19 sampai tahun 2021. Jumlah dosis tersebut akan digunakan untuk vaksinasi terhadap 135 juta orang.
Perlu diketahui, setiap orang akan mendapat jatah vaksinasi sebanyak dua kali dalam setahun. Sisa kebutuhan vaksin, sekitar 50 juta dosis akan dipenuhi pada 2022.
Beberapa perusahaan pembuat vaksin yang telah menyampaikan komitmennya untuk memasok vaksin, di antaranya Sinovac, Sinopharma, dan Cansino. Ketiganya sama-sama berkantor pusat di China. Sementara pabrikan farmasi lain yang masih dalam tahap penjajakan komitmen dengan Indonesia, adalah AstraZeneca dari Inggris, Novavax, dan Prizer dari AS, dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapan Epidemi (CEPI).
"Dengan Sinovac, kita sudah punya jadwal detail pengadaan 143 juta dosis dan Sinopharm itu sekitar 15 juta dosis di tahun 2020. Kemudian terkait Cansino ini menjanjikan kita sekitar 100 ribu di akhir Desember dan tahun depan sekitar 15 juta. Serta AstraZeneca, Bio Farma akan melakukan pembelian di awal, terutama bahan baku yang akan diproduksi," ujar Airlangga.